Ketika Anak Mengadukan Keluhan Tentang Pesantren
"Ummi, aku gak betah di pesantren. Begini dan begitu."
Pasti sering ya mendengar keluhan seperti itu dari anak ketika kunjungan atau pada saat jadwal telp.
Keluhan adalah ujian bagi orang tua. Apakah orang tua akan mengiyakan keluhannya atau mengabulkan permintaannya atau langsung melakukan komplain kepada pihak pesantren? Keputusan yang diambil oleh orang tua akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan mentalitas anak.
Bagaimana sih respon yang terbaik? Sebenarnya tidak ada kaidah baku. Tetapi, saya mencoba memberikan rekomendasi respon berdasarkan pengalaman.
Katakan YES pada emosinya, bukan keluhannya.
Ketidaknyamanan adalah resiko dalam perjuangan. Maka, tugas orang tua menguatkan, bukan mengiyakan (keluhan). Apalagi langsung melakukan komplain berlebihan kepada pihak pesantren.
Kondisi pesantren sesuatu yang netral, nyaman tidak nyaman tergantung kemampuan anak memaknai setiap peristiwa yang terjadi. Apakah dimaknainya negatif atau positif? Penderitaan atau penempaan? Dan lain sebagainya.
Ketika anak mengeluh, sebenarnya ia hanya butuh dialirkan emosinya saja. Dengarkan, peluk, dan kuatkan jiwanya.
Percayalah setiap anak terlahir membawa potensi besar, apapun jenis potensinya. Lalu apa yang menjadikan potensinya kerdil?
Salah satu faktor terbesar adalah pola asuhan yang tidak tepat. Lebih spesifiknya, karena otonomi atau ruang kesempatan bagi anak yang sering dibatasi. Sehingga, potensi itu hilang begitu saja.
Jangan mentake over masalah anak dengan alasan kasihan. Biarkan ia belajar tumbuh dan berkembang. Merasakan hidup. Jangan sering dibantu, difasilitasi, karena hingga titik tertentu ia bisa tidak memiliki kompetensi untuk menghadapi tantangan. Ia tidak berani, takut, ragu-ragu, dan tidak percaya diri karena tidak memiliki pengalaman. Akhirnya, ia menjadi anak yang lemah dan tidak sehat.
Biarkan saja mereka hidup bersama tantangan-tantangannya. Biarkan ia belajar menghadapi realita dengan caranya sendiri. Biarkan.
Agar ia tahu, lalu menyadari bahwa hidup tidak selalu seperti yang diinginkan. Dan agar ia tahu kalau kebahagiaan diri harus diperjuangkan.
Percayalah! Dengan begitu, kelak ia akan menjadi manusia yang kuat. Sekuat-kuatnya. demikian, semoga bermanfaat. (JO)
Post a Comment