Moda Transportasi Becak dan Kisah Pemberangusan di Jakarta
Seorang warga negara asing mengendarai becak melintasi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. (ilustrasi)
Jabungonline.com - Ingat pagelaran wayang dengan lakon "Wisanggeni Gugat"? Ya, pagelaran wayang yang juga dihadiri oleh tokoh Muslim sekaligus Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur keluarganya itu berkisat tentang nasib abang becak di kota Jakarta. Kala itu, 29 tahun lalu, mereka harus tergusur dari Jakarta akibat diterapkannya kebijakan Gubernur Wiyogo yang melarang operasional becak.
Kini, becak akan diberi ruang kembali untuk beroperasi di Jakarta. Namun, moda transportasi ramah lingkungan ini, bisa dioperasikan di daerah permukiman penduduk maupun lokasi pariwisata.
Pengamat Transportasi sekaligus Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) Azas Tigor Nainggolan mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan boleh saja memberikan ruang untuk becak di Jakarta. Namun, hal itu harus disertai dengan regulasi yang jelas dan pengawasan yang konsisten.
"Becak akan diberi ruang kembali ada di Jakarta. Boleh juga asal ada regulasi dan konsisten mengawasinya," kata Tigor dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Senin (15/1) malam.
Menurut Tigor, becak masih bisa dijadikan alat transportasi jarak pendek di Jakarta. Moda transportasi ramah lingkungan ini bisa dioperasikan di permukiman penduduk maupun lokasi pariwisata. Ia berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dapat memastikan bahwa keberadaan becak di Jakarta bisa memberikan layanan yang aman, nyaman, tidak semrawut, dan terkendali.
Dikatakan Tigor, becak merupakan moda transportasi yang manusiawi dan ramah lingkungan. Saat ini, becak masih beroperasi secara sembunyi-sembunyi. Jumlah kendaraan ini sangat terbatas. "Beberapa tahun lalu, becak pernah beroperasi di kawasan wisata Ancol," tuturnya.
Menurut dia, pernyataan Anies mengingatkan dirinya akan perjuangan mempertahankan becak 29 tahun lalu. Sekitar 1989, Tigor dan kawan-kawannya pernah menjadi kuasa hukum para pengemudi becak di Jakarta. Mereka melawan mantan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo.
Wiyogo memenangkan kasus hukum tersebut. Sebagai hasilnya, becak pun diberangus dari Jakarta. Hingga akhir 1989, para pengemudi becak masih menggelar wayang kulit semalam suntuk di salah satu kampung yang menjadi basis mereka di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Pagelaran wayang dengan lakon "Wisanggeni Gugat" itu juga dihadiri oleh tokoh Muslim sekaligus Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur keluarganya.
"Ketika itu kami bersama menggugat kebijakan gubernur Jakarta yang menggusur becak dari Jakarta," kata dia.
Sekitar tahun 1998-2000, becak kembali diberi ruang masuk Jakarta oleh Mantan Gubernur Sutiyoso. Ia melihat, mengemudi becak dapat menjadi salah satu alternatif pekerjaan kaum miskin kota Jakarta di masa krisis ekonomi. Tetapi, Sutiyoso kembali memberangus becak pada sekitar 2001.
Becak tak hanya popular di Indonesia. Sebagai alat wisata, Tigor melihat keberadaan becak di Gedung Capitol, Amerika Serikat menjadi daya tarik tersendiri. Becak juga menjadi alat pariwisata di kota Paris, Perancis. Bahkan, Belanda mengimpor becak dari Indonesia untuk tujuan yang sama.
"Dua tahun lalu saya pernah naik becak keliling wisata kota tua Malaka di Malaysia. Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, di kota Yogyakarta, becak jadi alat transportasi wisata," kata dia.
Sumber: Republika
Post a Comment