Narasi Kepahlawanan
Sumber Google |
Satu kalimat jika bicara tentang kepahlawanan yg menjadi akar terwujudnya, yakni "pengorbanan pada momentumnya". Pengorbanan sendiri selalu berkelas, sedang totalitas yang tepat sewaktu dibutuhkan dalam pengorbanan itulah kepahlawanan. Di dalam pembelajaran patriotisme ini kita menemukan titik dua karakter yang menjadi kunci, yakni sikap berani dan sifat sabar. Tidak melulu seseorang menjadi pahlawan dalam setiap episode kemanusiaan. Momentumnya-lah yang membuat seseorang mewujud sebagai pahlawan, maka bertemunya sikap berani, sifat sabar, dan momentumnya inilah yang menghasilkan sejarah kemanusiaan.
Jendral Soedirman yang bergerilya di hutan dengan satu paru-paru, tubuhnya yang kurus kering tak menghalanginya berjuang mengusir Belanda yang menggonceng sekutu. Sikap beraninya menjadi satu-satunya poros ABRI yang bersikukuh menolak menyerahkan kedaulatan Indonesia membuat negeri ini masih bertahan, bahkan dalam peristiwa ini pemerintah resmi sudah menyerah, hanya saja Soedirman menolak kalah, bergerilya di hutan. Kesabaran Jendral Soedirman pula yang membuat TNI enggan menyerah sekalipun musuh datang dengan artileri berat merusak pertahanan-pertahanan kota. Inisiatif seorang Soedirman ke hutan membawa pasukannya membuat TNI bertahan, di sela sakit keras Soedirman memimpin pertempuran berat, berjalan pun hampir tak sanggup, hingga harus berjuang memimpin dalam keadaan di tandu.
Sungguh sejarah anak pribumi yang membuat kita harus memetik pelajaran, bahkan dalam kondisi bangsa terkini dengan semangat Soedirman, TNI masih memiliki sikap religius yang tinggi. Ini tampak bagaimana jendral Gatot dekat dengan ulama, terutama saat aksi 212. Dulu Soedirman di tanya tentang spirit perjuangannya dan jawab beliau singkat, hanya tak meninggalkan "Sholat, Wudhu, dan senantiasa dalam keadaan berdzikir".
Oleh : Muhammad Sabili
Post a Comment