[video] Ketahuan..! Pemerintah Klaim Program Beras Untuk Somalia Tapi TV Somalia Bilang Ini Programnya Milik Lembaga Kemanusiaan ACT
Jumat (9/6) akun Instagram Kementerian Pertanian mengunggah sebuah foto yang memuat program kerja “Beras Untuk Somalia”. Namun belakangan diketahui, program tersebut adalah milik sebuah lembaga kemanusiaan di Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Sontak, warganet pengguna Instagram, mengomentari unggahan tersebut. Dan sebagian besar mereka mengomentari bahwa Pemerintah telah melakukan klaim sepihak terhadap kerja nyata yang dilakukan ACT lewat program “ACT For Humanity”.
“Pembuat HOAX terbaik adalah Pemerintah ! Ini program ACT Indonesia mengumpulkan sumbangan beras dari rakyat Indonesia utk rakyat Somalia kalian klaim sbg program Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, kalian betul2 menguji kesabaran di Ramadhan ini. Shame on you !,” kata akun alan_piliang.
Berikut ini adalah press rilis dari ACT dan Tayangan TV Somalia yang siarkan program beras untuk Somalia milik ACT ini’
ACTNews, Mogadishu, SOMALIA – Perjalanan panjang #KapalKemanusiaan tahap pertama pada akhirnya bertambat. Senin (5/6) Kapal dengan nama lambung MSC Capri bersandar di Dermaga Pelabuhan Internasional Mogadishu, di dalamnya terangkut seribu ton beras bantuan kemanusiaan dari Indonesia.
Sebanyak total 40 kontainer pun diturunkan perlahan dari perut kapal. Kontainer masih tersegel utuh, masing-masing kontainer berisi sekira 25 ton beras, jika ditotal kurang lebih ada 1000 ton beras atau setara dengan sejuta kilogram beras. Beras yang dihimpun dan dikumpulkan dari kepedulian dan empati masyarakat Indonesia. Beras yang dikirimkan langsung dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 29 April silam. Setelah pelayaran laut yang panjang selama 35 hari, Kapal Kemanusiaan melepas sauhnya di perairan laut Somalia.
Meski perjalanan Kapal Kemanusiaan tahap pertama telah bersandar di Mogadishu, bukan berarti perjalanan ini rampung sepenuhnya. Justru titik awal ikhtiar kemanusiaan besar bangsa ini baru saja dimulai.
Seribu ton Beras untuk Afrika itu telah diserahterimakan dari President Aksi Cepat Tanggap Ahyudin kepada Maria Kasim selaku Menteri Kemanusiaan dan Bencana Somalia, sebuah kementerian baru yang dibentuk oleh Pemerintahan terpilih Somalia untuk mengatasi masalah pelik bencana kelaparan ini.
Salah satu upaya darurat Menteri Maria Kasim untuk atasi bencana nasional kelaparan di Somalia adalah membentuk sebuah komite khusus, komite kerja yang mereka sebut sebagai National Drought Response Committee (NDRC).
Ahyudin menitipkan seribu ton beras dari masyarakat Indonesia ini ke NDRC untuk seluruh proses distribusinya. Selagi proses distribusi berjalan, Aksi Cepat Tanggap lewat perwakilan mitra di Somalia pun ikut mengawal seluruh proses distribusi hingga rampung sebelum Ramadhan berakhir.
Jauh sebelum Beras untuk Afrika merapat di Pelabuhan Mogadishu, ACT dan NDRC telah berkorespondensi berkali-kali untuk memastikan jalan panjang proses distribusi beras bakal rampung sebelum bersua bulan Syawal.
Sesaat usai Kapal Kemanusiaan merapat di Pelabuhan Mogadishu, Ahyudin mengatakan seribu ton beras setara dengan sejuta kilogram beras bukan jumlah yang sedikit. “Dengan jumlah yang demikian masif, harapannya bantuan dari masyarakat Indonesia bisa menjadi makanan sahur dan berbuka untuk ratusan ribu keluarga Somalia yang melaksanakan Shaum Ramadhan,” katanya.
Rencana distribusi Beras untuk Afrika pun dirampungkan. Sesuai dengan wilayah terdampak kelaparan paling parah, NDRC dan ACT akan mendistribusikan 1000 ton beras ke tiga provinsi yang berbeda di Somalia.
Rinciannya, 500 ton beras bakal disalurkan di wilayah Provinsi Banaadir, sebuah provinsi besar di bagian Timur-Selatan Somalia. Provinsi ini juga meliputi Kota Mogadishu sebagai Ibukota Negara. Lantas, mengapa Banaadir menjadi urgen untuk menjadi lokasi penyaluran bantuan beras?
Dari penjelasan Bambang Triyono, Director of Global Humanity Response ACT – yang juga sedang berada di Somalia – wilayah Provinsi Banaadir hari ini adalah wilayah yang menampung ratusan ribu keluarga tanpa rumah dan tanpa pekerjaan.
“Dari wilayah kampung Somalia di bagian tengah dan utara mereka lari ke Banaadir, lari mencari makanan dan air minum. Lari untuk bertahan hidup. Di wilayah Banaadir mereka menjadi bagian dari ratusan ribu keluarga Internally Displaced Person lainnya. Membangun kamp dan tenda-tenda kumuh di pinggiran Kota Mogadishu, di titik inilah beras bakal disalurkan,” kata Bambang.
Sebanyak 500 ton beras disalurkan di Provinsi Banaadir InsyaAllah bakal mencakup sekira 140.000 hingga 150.000 orang yang membangun tenda-tenda di pinggiran Banaadir.
Selanjutnya, 250 ton beras lainnya bakal disalurkan untuk Provinsi South West State, sebuah wilayah otonom di bagian Selatan-Barat Somalia. Di kawasan ini, rencananya 250 ton beras akan terdistribusikan untuk wilayah Bay, Bakool, Middle Juba, Lower Shabelle, Gedo, dan Lower Juba.
Terakhir, 250 ton beras lagi akan disalurkan untuk wilayah otonom Provinsi Hirshabelle. Di kawasan ini daerah yang menjadi target penyaluran adalah kawasan Hiiraan dan Middle Shabelle (Jowhar).
Nantinya, sebelum Syawal bersua, segala prosedur teknis distribusi akan dirampungkan oleh Kementerian Kemanusiaan dan Bencana Somalia juga NDRC. Abdirahim Isse, dari NDRC mengirimkan kabar kepada ACTNews, bahwa setiap provinsi yang menyalurkan bantuan beras telah memiliki sebuah Registration Centers atau Kantor Registrasi.
“Setiap komunitas dan keluarga yang mengalami kelaparan akut sudah kami data, sudah mendapat hak masing-masing untuk memegang Rationing Card atau kartu yang bakal dipakai untuk menebus bantuan beras. Dari Banaadir, South West State, dan Hirshabelle telah memegang list nama-nama keluarga, umur, serta jumlah anggota keluarga dari tiap rumah maupun tenda-tenda Internally Displaced Person,” pungkas Abdirahim Isse dalam surat korespondensinya pada ACTNews.
(Video: Liputan salah satu media nasional Somalia saat seremoni penerimaan 1000 ton pertama #BerasUntukKelaparanAfrika di Pelabuhan Mogadishu, Somalia)
Post a Comment