Indonesia Siaga Bencana Sampai Awal 2017
JAKARTA - Pemerintah dan warga dituntut ekstrawaspada pada musim belakangan ini. Musim hujan baru permulaan. Namun, bencana sudah terjadi di banyak daerah.
Semua harus waspada untuk mencegah adanya korban jiwa dan material akibat bencana yang dipicu curah hujan tinggi.
La Nina di satu sisi telah membuat masa tanam petani lebih panjang pada triwulan kedua 2016. Namun, saat ini, memasuki musim hujan, cuaca menjadi lebih ekstrem.
Hujan yang turun terus-menerus dalam beberapa hari terakhir sudah menimbulkan banjir dan longsor Seorang dilaporkan meninggal di Jawa Barat, sedangkan ratusan lainnya harus mengungsi.
Di Sidoarjo dan Tuban, Jawa Timur, banjir merendam rumah warga hingga kantor pemerintahan. Tidak dilaporkan adanya korban jiwa. Namun, banjir mengganggu aktivitas warga. Apabila tidak ada penanganan dengan baik, penyakit terkait banjir terancam mewabah.
Di Kota Banjar dan Pangandaran, Jawa Barat, efek hujan lebih parah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, telah terjadi banjir dan longsor di sana dalam dua hari terakhir.
Di Banjar, misalnya, empat desa terendam sampai nyaris 1 meter. Antara lain 25 rumah di Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman; 45 rumah di Kelurahan Pataruman, Kecamatan Pataruman; dan 55 rumah di Desa Raharja, Kecamatan Purwaharja.
"Untuk jumlah rumah yang terendam di Desa Belokang dan Desa Jajawar, Kecamatan Banjar, masih didata," kata Sutopo kepadaJawa Pos.
Selain banjir, hujan mengakibatkan longsor di empat desa di Banjar. Akibatnya, sebelas rumah rusak. Jalan protokol nasional juga terputus.
"Sabtu pukul 17.30 WIB, jalan nasional di Kampung Waung Batok tertimbun, tapi sudah berhasil dibersihkan. Tapi, pukul 22.00, jalan nasional yang di Blok Ketapang, menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah, justru ambles karena longsor," imbuhnya.
Bagian jalan yang rusak diakui sepanjang 15 meter dan selebar 16 meter. Akibatnya, dua unit rumah terancam tertimbun dan lima jiwa harus mengungsi.
"Dari pengamatan kami, hujan deras dan tersumbatnya aliran sungai oleh sampah mengikis fondasi jalan," ucapnya.
Bencana di Kabupaten Pangandaran tidak kalah parah. Di sana banjir bandang dan tanah longsor kemarin sekitar pukul 19.00 menerjang sepuluh kecamatan. Bahkan, di Kecamatan Pangandaran, 595 jiwa harus mengungsi.
Luapan arus Sungai Ciputrapinggan di Kecamatan Kalupucang juga membuat Jembatan Ciputrapinggan ambles. Padahal, jembatan itulah yang menghubungkan Desa Putrapinggan dengan Desa Babakan. "Akibat kejadian tersebut, jalur utama lalu lintas dari arah Banjar-Pangandaran tidak bisa dilalui. Lalu lintas macet total," terang Sutopo.
Korban meninggal ditemukan di Desa Ciparakan karena ada rumah yang terkena material longsor. Satu orang meninggal adalah Iqbal, 7, yang tinggal di rumah tersebut. Sementara itu, di Kecamatan Langkaplancar, terdapat satu lagi korban meninggal, yakni Barjo, 53, yang tinggal di Dusun Ciranto, Desa Jadimulya.
"Di kebanyakan kecamatan, ada ratusan rumah yang terendam. Misalnya Kecamatan Padaherang dengan 253 rumah terendam. Lalu Kecamatan Cijulang dengan 314 keluarga yang terdampak. Bahkan, di Kecamatan Mangunjaya terdapat 997 keluarga yang terdampak," paparnya.
Terkait penanggulangan, Sutopo menyatakan bahwa pihak badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memulai penanganan darurat dan memperbaiki jalan-jalan yang terdampak.
Di sisi lain, pihaknya juga terus bersiaga untuk mengantisipasi bencana-bencana banjir tiga bulan ke depan. Pasalnya, bencana-bencana yang sudah terjadi tahun ini dinilai hanya sebagai permulaan.
Menurut Sutopo, curah hujan bakal terus meninggi hingga puncaknya Januari nanti. "Kalau dari kami pasti siapkan semua tenaga untuk merespons bencana-bencana yang ada. Sehingga korban-korban fatal bisa terminimalkan," ungkapnya.
Hal tersebut diakui perlu benar-benar diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Sebab, pihaknya mencatat, terdapat 40,9 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir bandang.
Terdiri atas 36 juta jiwa yang terpapar bahaya longsor sedang dan 4,9 juta jiwa terpapar bahaya longsor tinggi.
"Perlu diketahui, dalam populasi tersebut terdapat 4,28 juta jiwa balita, 323 ribu jiwa penderita disabilitas, dan 3,2 juta jiwa lansia. Mereka adalah yang paling rentan menjadi korban saat longsor terjadi," ungkapnya.
Terkait persebaran mereka, Sutopo menjelaskan bahwa kebanyakan merupakan penduduk yang tinggal di barisan gunung Indonesia, misalnya di Jawa bagian tengah dan selatan. Lokasi rumah mereka di lereng dan degradasi lingkungan mengakibatkan tanah menjadi rentan longsor.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yunus Subagyo Swarinoto menegaskan, saat ini masyarakat memang harus berhati-hati terkait banjir dan longsor.
Pasalnya, dalam dua tiga hari ke depan, terdapat 14 provinsi yang diramalkan mendapatkan curah hujan tinggi disertai badai.
Antara lain Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan seluruh wilayah Jawa. "Kami sudah memberi tahu semua pemangku kepentingan soal kemungkinan banjir dan longsor," ujarnya.
Terpisah, Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mengirimkan jembatan darurat (bailey) ke lokasi Jembatan Ciputrapinggan di wilayah Kabupaten Pangandaran dan Jembatan Ketapang di wilayah Kabupaten Banjar.
"Kami langsung memobilisasi jembatan darurat, sekarang sudah di jalan. Kami harap dua hari ke depan sudah bisa normal lagi," ucap Direktur Jenderal Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto kemarin. Selaras dengan itu, Arie mengaku bakal menyiapkan desain jembatan (baru) supaya sesuai dengan kondisi sungai saat ini.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VI Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Bambang Hartadi mengatakan, penanganan selanjutnya akan dilaksanakan setelah proses identifikasi di lapangan.
Untuk longsor di ruas batas Jawa Barat-Karangpucung, jelas dia, jalan sudah bisa dilalui dengan lancar. Petugas Ditjen Bina Marga sudah melakukan tindakan pembersihan longsoran dengan alat berat, yaitu 2 unit ekskavator, 1 unit loader, dan 9 unit dump truck.
"Untuk antisipasi jika terjadi longsor lagi, kami stand by-kan di lapangan 1 unit ekskavator dan 1 unit loader beserta beberapa petugas lapangan."(bil/c9/ang/flo/jpnn)
Post a Comment