Harga Singkong Anjlok, Petani Sengsara

Selamat malam sahabat JO, pada kesempatan kali ini JO akan membagikan informasi mengenai : 
HARGA SINGKONG ANJLOK, PETANI KIAN SENGSARA

LAMTIM - Lengkap sudah penderitaan para petani. Sejumlah warga di Kecamatan Bandar Sribhawono dan Sekampung Udik, Lampung Timur, nasipnya kian sengsara. Ibarat berakit-rakit kehulu, ini malah bersusah-susah kemudian. Begitu kira-kira gambaran nasip para petani singkong tahun ini.

Betapa tidak, sebelum musim panen, harga singkong di Lampung Timur sangat menggiurkan. Agar mencapai prouksi yang diinginkan, para petani pun berupaya merawat tanaman dengan biaya mahal. Giliran memasuki musim panen, harga singkong terjun bebas. Kalaupun laku, harganya pun sangat murah, hanya Rp 500.

“Saya sudah mengeluarkan biaya banyak dan waktu panjang untuk menanam singkong tahun ini. Sekarang saat panen, harganya murah. Per-1 kilo cuma di hargai Rp 500 oleh pengepul. Padahal 3 bulan sebelumnya, harga singkong masih Rp 800 - 1000 per-kilonya,” ujar Made Pet salah seorang petani singkong, kemarin.

Harga Rp 500 itu, kata Made belum termasuk potongan kadar air 15 persen. Di samping itu, biaya tanam, pupuk dan upah panen belum termasuk. Maka jika dikalkulasi dengan harga singkong saat ini, kata Made petani hanya dapat capeknya. Ia pun menduga anjloknya harga singkong, imbas dari import singkong.

Sementara, tanaman singkong diwilayah Kecamatan Bandar Sribhawono dan Sekampung Udik kata Made, ada ribuan hektar. Dalam sekali panen, per-hektarnya bisa mencapai 50 hingga 70 ton. Namun, karena harganya sangat murah, ia pun berencana membongkar tanaman singkongnya dan beralih ketanaman jagung.

"Sekalipun singkong gak laku, tetap saya bongkar. Saya berencana menanam jagung yang memiliki harga stabil dan mempunyai masa panen 3 sampai 4 kali dalam setahun,” terang Made Pet seraya berharap kepada pemerintah agar bisa secepatnya mencabut regulasi import singkong dan tapioka dari luar negeri.

Anjloknya harga singkong tersebut, ternyata tidak hanya berdampak pada para petani. Sejumlah lapak atau pengepul singkong yang selama ini turut membantu para petani dalam mendistribusikan produksi singkong ke pabrik tepung tapioka juga mengalami dampaknya. Mereka juga mengalami kerugian yang tidak sedikit.

Salah satu pemilik lapak singkong di Desa Sidorejo, Kecamatan Sekampung Udik, Ko Alim (60) mengaku setiap minggunya harus menanggung kerugian sekitar Rp 20 juta. Kerugian tersebut, menurutnya akibat dari menurunnya permintaan singkong dari pabrik dan meningkatnya jumlah petani yang memanen singkongnya.

“Menurunnya harga singkong ini membuat kami merugi lebih dari 20 jutaan perminggunya. Hal ini disebabkan penerimaan di pabrik berkurang, sementara petani terus memanen singkongnya, padahal, harga singkong terus turun setiap harinya, sehingga harga jual kami pun tidak sesuai dengan beli ke petani,” keluh Alim.
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Disisi lain para petani memang harus memanen tanaman singkongnya yang telah berumur. Sebab jika tidak segera dipanen, singkong yang sudah berumur 10 hingga 11 bulan tersebut akan mengalami pembusukan. Selain itu, para petani juga harus segera menyiapkan olahan tanah memasuki musim tanam jagung. ■(Roy).

Sumber Media Pesona Lampung

Demikian sahabat JO informasi yang berhasil kami kutip dari berbagai media online, mudah-mudahan bermanfaat.

No comments

Powered by Blogger.