Dasar Negeri Klenik: Hukuman Mati dikatakan ‘Tumbal’ Syarat Kekuasaan Pemerintahan Jokowi
Indonesia memang dikenal sebagai negara yang beragam Agama, suku dan budaya; namun diantara keberagaman tersebut, banyak hal kepercayaan yang ditimbulkan di masyarakat termasuk salah satu nya adalah soal kepercayaan kepada Klenik.
Klenik (di dalam bahasa Jawa) adalah sesuatu yang tersembunyi atau hal yang dirahasiakan untuk umum. Klenik identik dengan hal-hal mistis yang cenderung berkonotasi negatif.
Selalu saja, ada peristiwa di negeri ini yang dikaitkan dengan persoalana klenik; termasuk salah satunya adalah pelaksanaan hukuman mati yang kemarin ini dilaksanakan; Informasi terkait hukuman mati dikaitkan dengan urusan klenik ini beredar dari pembicaraan santai dari dalam istana merdeka.
Sudah tiga kali Pemerintahan Jokowi melaksanakan hukuman mati kepada beberapa terpidana mati yang pelaksanaannya diputuskan oleh Kejaksaan Agung.
Tiga kali pelaksanaan hukuman mati tersebut, dilaksanakan pada waktu dan momentum yang sangat tepat dan semuanya memiliki makna dan agenda yang sepertinya sengaja ‘disesuaikan’ (klenik), demi agenda kelanggengan dan keberhasilan kebijakan pemerintah saat ini.
Pelaksanaan hukuman mati jilid pertama, dilaksanakan ketika pemerintahan Jokowi terdesak pada persoalan terkait polri versus KPK; dan situasi kegaduhan politik seperti tiada hentinya terjadi.
Pelaksanaan hukuman mati jilid kedua, dilaksanakan ketika pemerintahan Jokowi terdesak pada persoalan utang luar negeri kepada China, Kurs Rupiah yang mulai naik dan mmenyentuh 13.500 USD dan perhatian publik atas ketidakmampuan menteri ekonomi Indonesia pada saat itu.
Pelaksanaan hukuman mati jilid ketiga, dilaksanakan ketika Pemerintahan Jokowi disorot pada persoalan masuknya tenaga kerja asal China, utang luar negeri yang terus meningkat, proyek infrastruktur yang ‘ternacam’ mangkrak karena persoalan minim anggaran, serta persoalan reshuffle kabinet.
Hukuman mati ‘dianggap’ sebagai syarat tumbal kelanggengan kekuasaan pemerintahan Jokowi, dengan alasan harapan ‘kepercayaan’ yang tidak berdasar sama sekali (mungkin karena alasan klenik yang ada).
Negeri ini memang beragam, termasuk beragam pola pikir dan kepercayaannya menanggapi informasi terkait sebuah peristiwa yang terjadi; cuma sayangnya hal tersebut dimanfaatkan demi penggirngan opini soal klenik.
Semoga saja, informasi soal klenik ini, tidak atau bukan termasuk agenda pengalihan; karena sudah terlalu banyak pengalihan yang diciptakan ditengah masyarakat pada saat ini.
(Adityawarman @aditnamasaya)
Post a Comment