Ketika para Neolib Menjual kata Toleransi untuk kepentingan Sekulerisme
Para Neolib sedang berkampanye soal Toleransi di bulan Ramadhan, dengan mengatakan kaum intoleran bagi yang tidak menghormati orang yang tidak berpuasa.
Ini bukan soal rumah makan jual makanan siang siang dikala umat muslim sedang fokus beribadah puasa lalu ditertibkan dengan kasar oleh satpol PP; tapi ini soal kebijakan sekuler yang akan timbul kedepannya.
Bukan hal lazim, nanti kedepannya di bulan suci Ramadhan, di Jakarta banyak rumah makan atau restoran tidak menutup gerainya dengan kain atau apapun sebgaai pembatas etika antara yang berpuasa atau tidak.
Para neolib seperti Ahok dan penguasa lainnya di negeri ini memang berharap urusan bisnis adalah bisnis, tidak ada urusan agama membatasi gerak dan usaha mereka mendapatkan keuntungan besar tanpa mengenal waktu apapun.
Dengan harapan juga, terbangun suasana sekulerisme; dimana sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan.
Ajaran dan nilai nilai agama dijauhkan dari kebijakan kebijakan yang dibuat oleh penguasa yang ada, termasuk kebijakan menutup rumah makan dan restoran selama berpuasa dengan alasan toleransi.
Kebiasan atau tradisi yang sudah ada, akan dirubah atasnama toleransi, dan langsung memberikan labelisasi kaum intoleran bagi yang menolaknya.
Bulan Ramadhan adalah bulan suci bagi ummat Muslim, dibulan tersebut pun sudah ada makna toleransi yang harus dijalankan oleh ummat muslim sendiri; dengan menghargai perbedaan perbedaan termasuk omongan syetan kaum neolib dengan membawa jualan kampanye toleransi dengan tujuan menciptakan negeri yang sekuler.
(Adityawarman @aditnamasaya)
Post a Comment