Sundep Serang Ratusan Hektare Tanaman Padi di Lampung Tengah

Ilustrasi.
PUNGGUR -- Seratusan hektare tanaman padi sawah beririgasi teknis sejumlah kampung di Kecamatan Punggur, Kotagajah, dan Trimurjo, Lampung Tengah, terserang sundep. Organisme pengganggu tanaman ini beraksi sejak sekitar tiga pekan terakhir, terhadap tanaman yang berusia antara empat sampai tujuh pekan.

Hama ini, menurut sejumlah petani, relatif sulit dikendalikan dibanding dengan organisme pengganggu tanaman lain. Sebab, sasaran serangan terhadap bukan pada area terbuka seperti batang atau daun, akan tetapi tertuju pada pangkal batang atau akar tanaman. “Butuh kerja ekstra Mas,” ujar Yanto, petani di bilangan Tanggulangin, Punggur.

Menurut dia, hama ini relatif bisa dikendalikan dengan cara mengeringkan air yang biasa menggenani tanaman. Namun, jika ini dilakukan, giliran hama jenis orong-orong yang juga bisa merusakan akar tanaman. “Jadi serbasalah, tak dikeringkan diserang sundep, dikeringkan digasak orong-orong,” ungkap Wahyudi, petani di bilangan Pujoasri, Trimurjo.

Sejumlh petani yang ditemui terpisah mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan hama itu. Caranya, dengan menabur atau menyemprotkan berbagai sarana pengendali hama. Walaupun begitu, hasilnya belum tampak menggembirakan. Obat-obatan hanya efektif pada serangan berstadium rendah.

Agar pengendalian optimal, para petani memilih meriksa tiap rumpun padi. Yang terserang, mereka pisahkan secara menual menggunakan jemari tangan. “Wah, kalau tidak bisa habis tanaman saya Mas. Bisa enggak buah apalagi panen,” ujar Sapto, petani di bilangan Sumberejo, Kotagajah.

Intensitas serangan hama ini masih terkategori sedang. Wartawan Lampung Post yang memantau ke sejumlah lokasi belum menemukan adanya bidang tanaman yang benar-benar rusak akibat serangan organisme pengganggu tanaman tersebut. Meskipun sebagian daun di tiap rumpun banyak yang memutih, masih banyak bagian yang masih tampak hijau.

Walaupun begitu, sejumlah petani yang ditemui terpisah mengaku cukup khawatirkan atas kehadiran di areal persawahan miliknya. Mereka mengaku cukup waswas serangan hama ini berakibat fatal atas perkembangan tanaman. 

“Kalau sudah terserang begini Mas, paling tinggi harapan kita bisa panen paling tinggal tinggal 60 persen dari biasanya,” ujar Giran, petani di bilangan Astomulyo, Punggur.

Karena itu, dia dan petani lain mengharapkan pemerintah ikut andil dalam pengendalian hama ini. Para penyuluh pertanian lapangan (PPL) pun harus ikut memberikan alternatif terbaik demi penyelamatan tanaman yang kini sebagian besar mulai berbuah dan bernas. Kalau tidak, bisa saja hasil panen kelak tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.

No comments

Powered by Blogger.