Remaja di Pusaran Prostitusi
Drs. Dedi Irwan *
Stop Prostitusi. (muslimdaily.net)
Setelah heboh artis orgen tunggal bergaya seronok mengguncang panggung Padang Pariaman sekitarnya, disusul dugaan kawin sejenis di Padang alias lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Belum reda perbincangan tentang kawin sejenis, terbongkar sindikat prostitusi anak di bawah umur di ibu kota Sumbar ini (Padek 27/2). Dari tujuh PSK yang tertangkap di sebuah hotel di Padang tersebut, lima orang adalah pelajar dan selebihnya mahasiswa. Berita miris berkaitan dengan remaja Minang tidak habis-habisnya mengisi lembaran media. Ranah batuah ini teguncang melihat semakin jauhnya remaja dari nilai-nilai adat yang bernilai religius.
Falsafah Minang yang dibanggakan dari masa ke masa justru tertutup kabut dosa dan noda rang mudo yang hidup penuh hedonis dan permisif. Siapa lagi yang akan melanjutkan perjuangan ninik mamak dan alim ulama yang telah mengukir sejarah tempo dulu, kalau bukannya remaja masa kini? Sementara kondisi remaja Minang hari ini jauh dari apa yang diharapkan. Mereka seakan berlomba meneguk kemajuan teknologi dengan meninggalkan akar budaya yang bermatabat. Mereka tak mau ketinggalan dari kereta kemajuan yang berlari kencang hingga mereka memakai gaya westernisasi yang kebablasan. Apabila hal ini tidak segera dicarikan solusinya maka alamat kehancuran menghampiri remaja dan nagari ini akan hilang dalam peta dunia.
Sebenarnya berita prostitusi di kalangan remaja di tanah air, tidaklah satu dua kali ini kita dengar. Berbagai ragam kemaksiatan yang berbalut kesenangan ini justru telah dilakoni remaja Indonesia dengan mudahnya. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi maka semakin maju juga cara remaja dalam meretas petualangan seksnya. Praktek prostitusi online menjadi pilihan mudah bagi mereka dalam mengadakan transaksi . Fenomena ini bahkan tidak hanya terjadi di Jakarta sebagai ibu kota, melainkan sudah merambah ke daerah-daerah lain seperti Bandung, Surabaya, Medan dan bahkan telah sampai di ranah Minang. Prostitusi online bisa berkembang pesat karena media sosial dan internet semakin memudahkan para penyedia jasa seks untuk berinteraksi dengan para pelanggannya. Selain itu menurut mereka, metode ini dianggap lebih aman dari razia dan leluasa untuk bertransaksi ria.
Banyak faktor yang menyebabkan semakin maraknya remaja atau anak di bawah umur terlibat dalam dunia gelap ini. Di samping tidak berperannya keluarga secara maksimal dalam mendidik anak, juga disebabkan oleh faktor ekonomi atau kesulitan hidup. Remaja yang tidak memiliki bekal agama yang kuat sangat mudah diiming-iming untuk masuk pada dunia prostitusi. Dengan menjanjikan kesenangan semu dan uang yang berlimpah, remaja gelap mata memenuhi rayuan mucikari untuk membagi cintanya. Apalagi bagi remaja yang korban percintaan dari kekasihnya. Orang yang dicintai itu tidak bertanggung jawab atas cinta terlarang yang dilakukannya, membuat gadis ini frustasi dan memilih prostitusi untuk mengisi harinya. Yang sangat memiriskan hati, pelaku prostitusi tidak hanya orang yang kesulitan ekonomi saja tetapi juga berasal dari kalangan yang berpunya. Disebabkan oleh mengikuti gaya hidup yang semakin bebas merdeka. Mereka ingin merasakan kesenangan dunia dan kemewahan hidup yang bisa saja tidak diperoleh dalam keluarganya. Makanya, untuk menyelesaikan persoalan pelit ini semua komponen bangsa harus terlibat dalam mengantisipasi dan mengatasi problem remaja dalam pusaran prostitusi.
Tanggung Jawab Orang Hotel
Orang hotel bertanggung jawab atas segala apa yang terjadi di dalam hotelnya. Semua jajarannya mulai dari pemilik hotel dan terus pada pekerjanya harus memperhatikan persoalan di atas. Jangan sampai perbuatan maksiat atau prostitusi terjadi dan meraja lelah di hotel apalagi sampai memfasilitasinya. Sesuai dengan fungsi hotel sebagai tempat penginapan yang nyaman dengan fasilitas yang lengkap maka pengusaha hotel harus menjalankan misi ini dengan sebaik-baiknya. Pihak hotel harus ekstra hati-hati dalam menerima setiap tamu atau pengunjung yang akan menginap dan beristirahat. Dengan meminta tanda pengenal dan mengetahui identitas diri pengunjung akan menutup kemungkinan terjadinya prostitusi. Sering terjadinya prostitusi di hotel disebabkan oleh tidak ketatnya resepsionis dalam meminta data pengunjungnya.
Sejatinya, hotel-hotel yang terang benderang membiarkan terjadi praktek prostitusi maka negara harus memberi sanksi tegas pada hotel tersebut. Pemerintah harus membuat aturan yang jelas dan sanksi yang tegas berkaitan dengan penyalagunaan hotel untuk praktek esek-esek ini. Dengan mengadakan pembinaan berkesinambungan dan razia yang teratur dari hotel ke hotel menjadikan pihak hotel akan hati-hati dalam melaksanakan bisnisnya. Pemerintah jangan hanya berani mengobrak abrik tenda ceper dan kelambu remang-remang saja namun hotel-hotel nakal juga harus dirazia setiap saat untuk menghindari perbuatan “pekat” . Dengan usaha yang maksimal dan berkesenambungan, kita berharap kasus tragis kemaren tidak akan terulang lagi.
Peran Ninik Mamak dan Alim Ulama
Ninik mamak dan alim ulama berperan penting dalam menjaga falsafah Minang Kabau. Ranah ini akan terjaga apabila ninik mamak dan alim ulama melaksanakan tugas dan fungsinya. Apalagi saat ini, remaja mudah terpengaruh dengan budaya barat yang bebas nilai maka keberadaan dua komponen ini tak tergantikan. Secara adat, ninik mamak harus berusaha secara maksimal “ mamaga “ anak kamanakan dari perbuatan maksiat dan seks bebas seperti prostitusi. Mamak harus menjalin komunikasi yang hebat dengan kemenakannya sehingga apapun yang dilakukannya dapat diketahui dan diatasi andai tanda-tanda awal pergaulan bebas terindikasi. Disinilah kewibaan dan kharismatik seorang mamak di mata kemenekannya dipertaruhkan.
Selain itu, ulama sebagai orang yang dihormati harus mengedukasi umatnya dari berbagai kemaksiatan. Ulama harus mampu menelusuri kehidupan remaja sehingga dirinya mengetahui secara tepat problema remaja. Dengan cara demikian ulama tidak hanya pintar berceramah saja namun juga piawai dalam menyelesaikan masalah. Berkaitan dengan prostitusi remaja, ulama harus mampu memberi pemahaman dan penyadaran pada remaja akan bahaya yang akan menimpa dirinya baik di dunia ini maupun di akhirat sana. Ceramah yang mencerahkan dan dialog yang membangun merupakan kebutuhan remaja yang mendesak. Makanya, ulama harus turun gunung bergabung dengan umat berperan sebagai figur yang berkharisma sebagaimana Rasulullah telah tampil sebagai teladan hidup dan sukses membina umatnya menjadi umat yang terbaik. (hdn)
*Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN “Imam Bonjol” Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A’yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha “ Baitul Ilmi”. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa” dan “Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat”. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga “Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa”. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A’yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi’ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.
Sumber: dakwatuna.com
Post a Comment