Pengamat Terorisme: Saatnya BNPT dan Densus Berani Transparan Kepada Publik


Program deradikalisasi yang diadakan BNPT disebut-sebut sebagai produk dan juga dibiayai oleh Amerika Serikat. Setidaknya opini itulah yang berkembang di masyarakat saat ini.

Pengamat Terorisme, Harits Abu Ulya menilai, wajar jika publik menilai upaya kontra terorisme sangat berkabut. Sebab utamanya adalah tidak ada transparasi, akuntanbilitas dan evaluasi komprehensif terhadap kinerja BNPT dan Densus.

“Yang pasti BNPT dan Densus mendapatkan jatah anggaran dari APBN, dan jika saat ini BNPT dan Densus pada posisi subyek yang dicurigai oleh masyarakat sebagai kepanjangan tangan dari kepentingan asing (Amerika cs), maka menurut hemat saya inilah momentum tepat bagi mereka untuk berani transparan,” jelas Harits Abu Ulya dalam rilisnya kepada Islampos, Sabtu (26/03/2016).

Menurut Harits, BNPT dan Densus harus tunjukkan transparasi dan akuntanbilitas kinerja dan anggaran yang mereka pakai. Jika disana ada hibah dari asing, tambah Harits, maka rakyat juga perlu tahu.

“Jangan sampai kedaulatan negara terkait isu keamanan disetir begitu saja oleh asing melalui bantuan hibah dana atau teknologi,” ujar Harits.

Lebih lanjut Harits menjelaskan, transparasi perlu dilakukan agar bisa dilihat apa dasar dan argumentasi dari strategi dan pola kontra terorisme yang mereka gunakan.

“Apakah semua itu mengacu kepada guide yang disodorkan pihak asing atau genuine produk pemerintah Indonesia.

Harits menganggap, kinerja BNPT dan Densus tidak jelas target keberhasilannya. Karena, kinerja mereka saat ini tidak serta merta menghentikan aksi terorisme.

“Apakah keberhasilan itu ukurannya dalam kurun 10 tahun terakhir sudah menghasilkan lebih dari 120 orang tewas dengan status ekstra judicial killing, 40 orang lebih salah tangkap, dan 80% lebih orang yang ditangkap mengalamai penyiksaan. apakah ini kinerja yang dianggap sukses?” pungkas Harits. [Efh]

No comments

Powered by Blogger.