KA-LDK Imbau Ridwan Kamil Jangan Mundur dari Pilgub DKI

PADA 29 Februari 2016, Ridwan Kamil (RK) menyatakan mengundurkan diri dari bursa bakal calon gubernur DKI Jakarta. RK beralasan, 90% pendukungnya pada pemilihan walikota Bandung menghendaki agar ia tetap jadi Walikota Bandung.

Mundurnya RK disayangkan Keluarga Alumni Lembaga Dakwah Kampus (KA-LDK). Forum ini menghimpun alumni aktivis LDK dari sejumlah perguruan tinggi seperti IPB, Universitas Airlangga, Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Nasional Sebelas Maret, Universitas Nasional Jakarta, Universitas Tadulako, dan sebagainya.

Dalam pernyataan sikapnya pada 1 Maret 2016, Koordinator KA-LDK Dr Farhat Umar, menyatakan, Ahok adalah the wrong man in the wrong place.

Merujuk pada fatwa Ketua Majlis Fatwa dan Lembaga Kajian Strategis Dewan Dakwah, DR Ahmad Zain An-Najah Lc, Provinsi DKI Jakarta yang berpenduduk mayoritas muslim selayaknya dipimpin gubernur muslim.

‘’Daerah mayoritas muslim dipimpin gubernur non muslim, maka umat Islam tak wajib taat. Hubungan muslim dengan pemimpinnya hanyalah sebatas muamalah,’’ ujar Zain. Apalagi, Ahok yang secara KTP beragama Kristen Protestan, berbagai kebijakannya bersifat intoleran  terhadap umat Islam.

Maka Umat Islam, lanjut Zain, senantiasa harus berdoa dan melakukan penolakan terhadap Ahok sebagai Gubernur. Dan selama Ahok menjadi gubernur, maka umat Islam harus istighfar.  Semua yang ada di DPRD dan pemerintah jadi menanggung dosa politik ini.

Guna mengakhiri dosa politik tersebut secara konstitusional, KA-LDK mendukung satu paket cagub-cawagub muslim terbaik yang akan head-to-head melawan Ahok dan pasangannya pada Pilgub DKI Jakarta 2017.

Merujuk kepada hasil-hasil survei, RK calon potensial untuk memenangi Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang akan digelar pada 15 Februari 2017.

Menurut hasil survei Cyrus Network pada 2015, RK paling disukai responden untuk menjadi Gubernur DKI kelak. “Untuk yang paling disukai Ridwan Kamil 72 persen, Tri Rismaharini 71 persen, baru Gubernur Basuki Tjahaja Purnama 67,2 persen,” papar Managing Director Cyrus Network, Eko David, di Jakarta, Rabu 11 November 2015.‎

Berdasarkan survei Centre Strategic and Internasional Studies (CSIS), tingkat popularitas Ahok memang melampaui nama lain dalam bursa cagub DKI. Namun, RK berpotensi menyalipnya.

Hal itu diungkapkan Peneliti CSIS, Arya Fernandes, saat menyampaikan hasil survei mengenai Survei Pra Pilkada DKI Jakarta di Kantor CSIS, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin 25 Januari 2016.

“Walaupun dalam survei tingkat elektabilitas Ahok 45 persen, sedangkan Ridwan Kamil hanya kisaran 15 persen, namun ada kecenderungan orang yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan (Ahok) akan memilih Ridwan Kamil,” ujar Arya.

Kemudian, survei yang dilakukan Populi Center pada 13-17 Februari 2016, menempatkan RK di peringkat kedua (12%) setelah Ahok (lebih 50%).

Oleh karena itu, KA-LDK dalam pernyataannya mengimbau agar Ridwan Kamil dalam ‘’ijtihad politik’’-nya merujuk kepada kepentingan Islam, dalam hal ini agama dan umat Islam Ibukota.

‘’Kami berharap, Ridwan Kamil tidak semata berhitung kalah-menang atau untung-rugi jabatan, melainkan demi hajat umat yang luas. Dosa politik kita di Jakarta harus diakhiri, dan RK paling berpeluang untuk menggantikan Ahok,’’ tandas Farhat Umar, alumnus LDK IPB.

Selanjutnya KA-LDK mendesak Ridwan Kamil untuk menganulir keputusan mundurnya, dan maju sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.

Menurut KA-LDK, keputusan RK untuk tetap mundur bisa dibenarkan, jika sudah ada dealuntuk satu paket cagub-cawagub muslim terbaik alternatif berikutnya. Misalnya paket Yusril Ihza-Sandiaga Uno, atau Adhyaksa Dault-Sandiaga Uno. [Bowo]

Sumber: islampos

No comments

Powered by Blogger.