Islam Mengajarkan 3 Hal Ini
SESUNGGUHNYA agama Islam telah mengajarkan untuk menjalani kehidupan ini. Ya, Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW sebagai penyempurna akhlak dan sebagai suri tauladan yang amat sempura, ia beliau adalah manusia yang sempurna yang pernah ada di bumi ini. Rasulullah SAW pun mengajarkan kita bagaimana menjalankan kehidupan yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ketika kita menjalankan kehidupan ini sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, insha Allah kita tak akan tersesat dan tergelinjir dalam kehidupan ini. Masyarakat Islam telah melakukan hal tersebut dan mendapatkan keistimewaan dan pengaruh yang positif. Ini nih, keisyimewaannya:
Pertama. Tamayyuz (berpenampilan berbeda). Maksudnya tata kehidupan dan kebiasaan itu bisa menjadikan setiap individu anggota masyarakat Islam sebagai syakhshiyah (kepribadian) yang memiliki identitas tersendiri. Jelas pendiriannya dan bisa mempertahankan diri untuk tidak meleleh dan larut oleh nilai-nilai dari luar sehingga hilang kepribadiannya, untuk kemudian mengadopsi seluruh tradisinya, tanpa dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang bermanfaat dan mana pula yang tidak. Inilah yang banyak terjadi di kalangan masyarakat Islam saat ini. Sesudah mereka terlepas dari identitasnya, tahap berikutnya mereka mengikuti budaya dan tata kehidupan masyarakat Barat secara keseluruhan, tanpa menyaring atau menyeleksi.
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kamu akan mengikuti ummat suatu kaum sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak niscaya kamu juga ikut masuk ke dalamnnya.” Sahabat bertanya, “Apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Siapa lagi (kalau bukan mereka),” (Muttafaqun ‘Alaih).
Kedua. Al Wahdah Al ‘Amaliyah (kesatuan/keseragaman amal). Sesungguhnya tatacara kehidupan seperti ini akan mampu membentuk kehidupan kaum Muslimin, meskipun tempat mereka berjauhan, bahasa mereka berbeda-beda, darah keturunan mereka juga berlainan. Mereka memiliki keseragaman (kesatuan) amal yang realistis, disamping kesatuan problem, kesatuan prinsip dan pemikiran, yang kesemuanya itu berpangkal tolak pada kesatuan aqidah dan ibadah mereka kepada Allah.
Maka di mana saja kamu singgah di tengah-tengah kaum Muslimin di bumi mana saja mereka memberi ucapan salam kepadamu dengan kata-kata “Assalaamu Alaikum,” dan menyambutmu dengan pemuliaan dan jamuan. Yang demikian itu karena mereka mengikuti adat Islam dalam menghormati tamu, sebagaimana diperintahkan oleh Nabi SAW Apabila kamu makan bersama mereka maka kamu akan mendapatkan mereka memulai makan dengan membaca bismillah, makan dengan tangan kanan, lalu mengakhirinya dengan bacaan hamdallah, dan mereka tidak akan menyuguhkan kepadamu daging babi ataupun khamr.
Dalam tata kehidupan dan tradisi Islam itu seorang Muslim ke mana saja ia pergi ia merasa seakan bertemu dengan keluarganya dan saudara-saudaranya, tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali dalam hal-hal tertentu yang berkenaan dengan kondisi lingkungan.
Ketiga. Mudah dan Sederhana. Sesungguhnya tradisi Islam dan tata cara kehidupannya ditegakkan berdasarkan fithrah dan berorientasi kepada kemudahan, menjauhi keberatan dan kesulitan serta jauh dari sikap berlebihan.
Di antara bukti dari kemudahan dan kesederhanaan itu adalah dimudahkannya segala urusan, disedikitkannya beban kewajiban, dan diringankannya dari ketidakteraturan kerja, waktu dan harta, yang tanpa adanya itu semua akan merugikan masyarakat.
Sesungguhnya tata kehidupan masyarakat Islam dalam berpakaian dan berhias bagi seorang wanita Muslimah bisa menghindarkan kerusakan yang mengancam pada setiap masa dan bisa menolak adanya persaingan mode pakaian yang merangsang, seperti menyambung rambut, mencukur dan mengecilkan alis mata, meratakan gigi, operasi kecantikan (plastik) dan lain-lain yang itu dilaknat oleh Rasulullah SAW karena termasuk perbuatan merubah ciptaan Allah. [dr/islampos]
Referensi: Sistem Masyarakat Islamdalam Al Qur’an & Sunnah/ DR. Yusuf Al-Qardhawi/1997/Citra Islami Press
Post a Comment