Wasapada, Ustadz Palsu Berburu “Like”
Pegiat jejaring sosial pasti kerap mendapati laman penggemar artis/ustad yang meminta sedekah tanda jempol (like) dengan iming-iming pahala meningkat seratus kali lipat. Untuk memuluskan ‘budaya mengemis’ tanda jempol, kerap dibubuhi foto-foto mengenaskan atau simbol-simbol agama, namun tidak disertai artikel atau ulasan lengkap terkait gambar tersebut.
Ketahuilah, kalau memang itu laman penggemar artis yang asli, pasti akan menjelaskan mengapa memosting gambar tersebut. Apalagi kalau sosoknya ustad, kemungkinan besar akan disertai ceramah agama disertai ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis. Hal ini dilakukan untuk menguatkan pengambilan gambar tersebut sebagai media dakwah lewat jejaring sosial.
Hanya saja, kebanyakan artis tidak mempunyai laman penggemar di Facebook yang betul-betul dikelola sendiri, demikian pula ustad. Atas dasar inilah, kita patut curiga tujuannya mengemis tanda jempol itu apa? Menurut beberapa sumber, apabila gambar-gambar yang menjual simpati atau simbol keagamaan telah meraih tanda jempol (like) ratusan ribu, bisa dijual ke pada pihak ke tiga dengan imbalan dollar.
Mengutip pemberitaan Kabar Hikmah (09 September 2015), “Komentar Anda tidak penting, yang penting adalah likenya. Nanti semua komentar Anda akan dihapus kecuali ‘like’. Karena 100.000 like bisa dijual USD.150 (Rp.2 juta). Ada yang menghargai sampai USD.200/100 ribu like tergantung seberapa cepat like itu bisa diperoleh. Nantinya setelah dibeli pihak tertentu, isi status diubah. Yang sebelumnya gambar/tulisan/simbol keagamaan atau foto sedih, akan segera diganti dengan produk iklan, maka seolah iklan itu sudah mendapat ratusan ribu like. Sebuah status yang mendapat lebih dari 500.000 like bahkan bisa dijual lebih mahal untuk kepentingan yang lebih besar lagi. Misalnya kepentingan survey, dan politik (kampanye) serta segala macam manipulasi bukti seolah hasil polling.”
Bahkan, fakta yang lebih mengejutkan. Bila laman penggemar (Fans Page) abal-abal sang artis/ustad sudah disukai oleh pengguna Facebook di atas ratusan ribu juga bisa dengan mudahnya terjual hingga 4.5 juta. Seperti pengakuan salah satu pengelola laman yang hendak menawarkan laman penggemarnya, “Mau nanya nih, harga Fans Page Indo dengan Like 100 ribu++ berapa ya? Mayoritas like usia 17 – 25 tahun. Saya pemilik Fanpage ini (kategori Like 100 ribu++), karena ngga terurus lagi rencananya mau saya jual. Saya searching di Google, jasa like FP untuk 1000 like rata-rata 90 ribu. Kalau FP 100 ribu++ berarti nilainya bisa mencapai 9 juta. Anggap aja terjual dengan setengah harga berarti kemungkinan 4.5 juta. [*]”
Dari itu, sebelum membubuhkan tanda jempol (like) pada sebuah laman penggemar, pastikan dahulu apakah laman tersebut betul-betul dikelola oleh artis/ ustad-nya sendiri. Bila tidak, khawatirnya tanda jempol yang kita berikan hanya dijadikan sarana berbisnis. Kalau hanya untuk mencari nafkah tidak masalah, bagaimana kalau kemudian status/gambar yang kita berikan tanda jempol (like) diganti dengan postingan penyebar propaganda atau kerusuhan yang menjurus fitnah dan karena banyak yang menyukai dianggap sudah teruji kebenarannya?
Jangan sampai niat baik kita, justru disalahgunakan untuk hal-hal yang pada akhirnya merusak pihak-pihak tertentu. Mari bijak menggunakan perangkat jejaring sosial. Kalau ingin membubuhkan tanda jempol (like) pastikan bukan sekadar postingan yang menjual gambar menyedihkan atau simbol-simbol agama tetapi tidak ada penyertaan tertulis. Semisal artikel yang mengupas gambar tersebut dengan disertai data-data pendukung termasuk lokasi kejadian, atau ayat-ayat kitab suci sebagai penegas maksud. Semoga kita terhindar dari muslihat orang-orang yang kurang bertanggung jawab, karena mencegah kemungkaran menjadi hal yang patut diutamakan setiap insan. []
Arief Siddiq Razaan, 20 Februari 2016
[*] Sumber: ads
Post a Comment