Peneliti INSISTS: Pemerintah Bisa Kendalikan Narkoba dan Miras, Kenapa LGBT Tidak?

PENILITI INSISTS DR. Wido Supraha mengatakan, tidak ada satupun penelitian ilmiah yang mengatakan penderita LGBT memiliki gen khusus. Kaum LGBT dan pendukungnya harus mendatangkan dalil bahwa mereka punya gen spesifik ketika lahir.

“Gen dan kromosom mereka sama, laki-laki atau perempuan. Tidak ada kromosom “the other” yang memiliki kelainan,” jelas Wido kepada Islampos belum lama ini.

Menurut  Wido, kehadiran LGBT merupakan sarana untuk menjauhkan umat Islam dari agama. Makanya, taglinenya jelas, agama sebagai penghalanag utama dari LGBT.

“Dengan gelontoran dana yang besar untuk mereka pendukung LGBT, umat akan dijauhkan dari agama. Bagi kaum LGBT, agama tidak boleh berperan dalam pengembangan LGBT, bahkan agama tidak boleh menentukan identitas seksual anak,” ujar Wido.

Bukan hanya itu, lanjut Wido, orang tua dan ulama juga tidak boleh turut dalam tumbuh kembang anak. Terserah anaknya mau jadi apa, untuk memilih identitas seksual mereka.

“LGBT ini “penyakit” berbahaya menular yang menjadi wabah dan epidemik yag harus diwaspadai. Karena itu, penyebar kampanye LGBT bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 28, dimana Hak Asasi Manusia ada batasannya,” jelas Wido.

“Mereka medekonstruksikan tatanan sosial kemasyaratan, agama, dan nilai budaya luhur bangsa. Kita sedang memohon untuk membawa LGBT pada persoalan hukum untuk masuk ke ranah pidana,” tandas Wido.

Kata Wido, Pemerintah belum menunjukkan tanggungjawab besar untuk kelestarian generasi bangsa 20-30 tahun ke depan. Selama ini pemerintah hanya fokus pembangunan infrastruktur. Padahal pembangunan bangsa Indonesia harus dimulai dari pembangunan mental bangsanya sebelum infrastrukturnya. Kongkritnya, dengan menghadirkan pusat-pusat pengendalian terhadap seluruh wabah penyakit.

“Kalau pemerintah bisa melakukan pengendalian terhadap narkoba, miras kejahatan lainnya, lalu kenapa tidak bisa melakukan pengendalian terhadap arus LGBT? Mengingat arus LGBT bisa menjadi monster di masa depan,” ungkap Dosen Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor ini.

Menanggapi pendapat tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Absar Abdalla yang controversial, DR. Wido menegaskan, Ulil dengan kebodohannya telah menutupi intelektualismenya. Ulil seharusnya bicara jujur, benarkah LGBT dapat diterima. [Nn]

No comments

Powered by Blogger.