LGBT, Perilaku Tidak Normal; Pembelanya, Berpikiran Tidak Normal
Ilustrasi. (hedisasrawan.blogspot.com)
“LGBT adalah perilaku seks TIDAK NORMAL, dan yang membela pikirannya TIDAK NORMAL.” (KH. Cholil Nafis)
Kira-kira begitu pernyataan KH. Cholil Nafis, salah satu Pengurus MUI Pusat dalam menyikapi maraknya isu LGBT dan getolnya para pembela LGBT.
Sebagai muslim, maka pakemnya adalah memandang dan menyikapi segala keadaan dari sudut pandang Islam, sudut pandang Quran dan Sunnah Nabi. Itu yang pertama dan utama, karena tak pijakan yang lebih baik dari keduanya. Maka demikianlah seharusnya shalihin/shalihat memandang dan menyikapi isu penyakit perilaku yang saat ini sedang marak, LGBT.
Selanjutnya, memandang dan menyikapi keadaan tersebut berdasarkan ilmu-ilmu yang lain, di antaranya kajian ilmiah, kedokteran, psikologi dan sosial budaya.
Bagi muslim, cukuplah kiranya bahwa Allah telah menerangkan pengharaman LGBT –khususnya hubungan sesama laki-laki– dalam Quran, di mana Allah telah menghukum kaum Nabi Luth. Mari kita perhatikan peringatan Allah dalam Quran Surah Al-A’raf ayat 80-84 berikut:
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan keji itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?” Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, kalian adalah kaum yang melampaui batas.’ Kaumnya tidak lain hanya mengatakan, “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kota ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” ’Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya, dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu), maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (Al-A’raf: 80-84)
Abaikan saja orang yang menantang Allah, yang mengatakan “Jika benar Allah menghukum kaum Nabi Luth karena hubungan sejenis, mengapa Allah tidak melakukan hal yang sama kepada negeri yang saat ini melegalkan LGBT?” misalnya. Mengapa? Karena pernyataan ini jelas permainan kata-kata yang menyesatkan dan hendak melawan hukum Allah.
Mengapa menolak atau anti LGBT? Karena Allah mengharamkannya. Just TAKE IT…!! Begitu…
Itulah Iman dan taqwa. Adapun sebab-sebab yang lain, ia hanyalah pendukung dan pelengkap dari pengharaman ini.
Mau lihat dari sudut pandang mana?
Adakah ‘produksi’ manusia yang menghasilkan keturunan itu adalah bertemunya sperma dengan sperma, atau bertemunya sel telur dengan sel telur?Adakah laki-laki atau pejantan yang pernah melahirkan bayi?Adakah perkembangbiakan –binatang sekalipun– yang bisa terjadi karena pejantan membuahi pejantan atau betina dibuahi betina?Adakah binatang yang ‘menikah’ sesama jenis mereka sendiri? Kalau binatang saja ‘menikah’ dengan lawan jenis, bukankah perilaku LGBT lebih hina dari binatang?Dari sudut pandang agama, tak satupun agama yang ada di muka bumi ini ‘menghalalkan’ LGBT?Dari sudut pandang sosial budaya, adakah orang normal yang mau atau rela anak keturunannya berperilaku LGBT? Tidak ada!LGBT adalah perilaku kejiwaan yang menyimpang, begitulah sudut pandang psikologi.
Maka yang penting dipahami adalah bahwa LGBT itu adalah propaganda untuk menghalang-halangi laju peradaban manusia. LGBT adalah upaya agar peradaban manusia punah, tak ada lagi manusia yang berkembang biak, menciptakan peradaban yang gemilang. Amat jelas dan terang benderang kiranya bahwa LGBT adalah propaganda untuk merusak generasi negeri ini.
Lalu bagaimana dengan pembelaan aktivis HAM terhadap LGBT?
Itulah yang saya kira disebut oleh KH. Cholil sebagai pikiran tidak normal. Hak Asasi Manusia, dalam praktiknya haruslah tidak melanggar Hak Asasi Manusia yang lain. Propaganda LGBT adalah melanggar hak asasi manusia lain, karena dalam praktiknya LGBT adalah penularan penyakit perilaku. Targetnya? Orang-orang normal.
Sementara itu, isu HAM yang dikaitkan dengan LGBT tidak jauh-jauh dari urusan duit. Ada dana besar yang digelontorkan –bahkan oleh lembaga dunia– untuk mengampanyekan LGBT dengan membawa isu HAM atau anti diskriminasi. Kiranya tautan ini sudah cukup bagi kita, orang-orang yang mencintai negeri ini untuk memahami bahwa LGBT adalah sebuah gerakan yang diorganisir untuk merusak negeri ini. Silakan baca di sini Being LGBTI in Asia
Lalu kita harus bagaimana?
Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Tugas kita adalah mengajak pada kebaikan dan ikut serta memerangi kejahatan. Marilah kita renungi firman Allah dalam Quran Surah Fushshilat ayat 33, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
Kita bisa menjadi bagian dari para penyeru kebaikan. Kita bisa menjadi bagian orang-orang yang menyampaikan kebenaran bahwa LGBT adalah perilaku TIDAK NORMAL dan mengajak orang yang mengalami masalah tersebut kembali kepada aturan Allah. Kembali kepada fitrah sebagai manusia.
Kita bisa menjadi bagian para penyeru kepada jalan Allah dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik, bukan dengan cara-cara kasar dan kotor yang tak santun. Tentu akan ada penentangan dari para pelaku kemaksiatan, dan itulah ujian atas kesabaran dalam jalan kebenaran. Kita harus tetap on the track dalam dakwah kepada Allah.
Mari kita renungi firman Allah dalam Quran Surah An-Nahl ayat 125 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan Al Hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa saja yang tersesat dari jalan-Nya. Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125)
Dalam rangka itu pula kiranya, tulisan saya ketengahkan, sebagai ikhtiar dalam kebaikan, mengajak manusia kepada jalan Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Maka di manakah kita berada? Menjadi bagian dari kebaikan dengan melawan propaganda para perusak –pelaku dan pendukung LGBT— itu, atau menjadi bagian dari mereka, yang tentu saja menjadikan Anda –berdasarkan kriteria KH. Cholil Nafis—punya pikiran TIDAK NORMAL.
Allahu a’lamu bishshawaab…
Sumber: dakwatuna.com
Post a Comment