‘Kemampuan Berbicara dan Menulis adalah Cerminan Intelektualitas’
Kamis malam (28/01/16), Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Moh. Natsir, Bandung, kembali menggelar kuliah pekanan di Ruang Seminar Besar Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat. Materi yang diangkat kali ini adalah tentang Kepenulisan, dengan narasumber Akmal Sjafril, M.Pd.I. Tema ini dimajukan untuk mengganti kuliah “Konsep Ad-Diin” yang sedianya sudah terjadwal, namun dibatalkan karena narasumber yang bersangkutan berhalangan hadir. Kuliah dimulai pada jam 18.30 WIB dengan jumlah peserta hampir 60 orang dan mayoritas berstatus mahasiswa.
Mengawali kuliahnya, Akmal menerangkan bahwa kemampuan berbahasa merupakan ciri khas manusia, dan kemampuan itu diekspresikan melalui lisan maupun tulisan. “Menulis itu tidak ubahnya berbicara, karena sama-sama melalui proses belajar, berpikir, dan strukturisasi yang sama,” jelasnya. Oleh karena itu, “… kemampuan berbicara dan menulis adalah cerminan intelektualitas seseorang.”
Selain memaparkan konsep-konsep umum dalam kepenulisan, penggagas gerakan #IndonesiaTanpaJIL ini juga menyoroti kesalahan-kesalahan umum yang kerapkali terjadi dalam menulis karya ilmiah seperti skripsi dan tesis. Menurutnya, banyak yang melakukan kesalahan seperti gagal membedakan penulisan makalah dengan khutbah atau orasi, tidak sistematis dalam menulis, tidak pandai memilih perspektif masalah, atau kurang mahir dalam memilih variasi kata-kata. Akan tetapi, penulis bukuIslam Liberal 101 ini tetap menganjurkan agar setiap peserta SPI menyediakan waktu khusus dan membiasakan menulis, termasuk menulis hal-hal menarik yang terjadi dalam aktivitas sehari-hari.
“Menulis itu sama seperti berbicara. Kadang saat berbicara tentang suatu hal, malah muncul inspirasi baru. Itu salah satu hal yang perlu diingat sebagai motivasi menulis. Ketika kita menuliskan pemikiran kita, akan mucul pemikiran-pemikiran baru, sehingga pemikiran kita berkembang terus,” paparnya.
Menjelang akhir sesi tanya jawab, Akmal meminta beberapa peserta bercerita secara spontan tentang hal menarik dari nama dan tempat tinggalnya. Seorang peserta yang berasal dari Bantul, Yogyakarta, Isa Shabilal Muhtaddin, ikut bercerita tentang pengalamannya beberapa kali berpindah tempat hingga terakhir menetap di Lembang. Pengalamannya bertemu jodoh di Pakanbaru sempat memancing gelak tawa para peserta yang lain.
Tentang hal menarik yang diperolehnya dari materi kuliah kali ini, mantan karyawan sebuah Bank swasta ini berpendapat, “Ternyata hal-hal yang dipikir biasa maupun hal yang biasanya tidak terpikir, apabila diulik dan diungkap dengan bahasa yang menarik, akan menjadi sebuah cerita yang luar biasa.” Lebih lanjut Isa menuturkan, “Kang Akmal telah menunjukkan bagaimana menulis dengan sudut pandang yang unik. Bukan dalam rangka anti-mainstream, tapi mencari perspektif yang paling menarik.”
Mutia K. Widjaja
Post a Comment