Diskon Kereta saat Imlek Tiba

HANYA 20-30 persen diskon bagi penumpang kereta api menyambut Imlek 2567. Angka yang menggiurkan bari penumpang eksekutif yang suka pelesiran. Terlebih bagi yang merayakan langsung Imlek. Di tengah tingginya permintaan menaiki kereta saat hari libur, potongan harga tentu sebuah kebaikan yang amat dinanti calon penumpang. Bayangkan, dengan tiket eksekutif seharga kelas bisnis pada hari biasa, kita dapat pergi-pulang Jakarta-Surabaya.

Sungguh baik PT Kereta Api Indonesia. Sebuah kebaikan yang mestinya—dan semoga—berlaku juga kala musim liburan lain. Bila saudara kita Tionghoa difasilitasi berlibur untuk merayakan Imlek dengan imingan diskon, di hari raya lain mestinya tidak keliru kalau ada kebijakan serupa. Apatah lagi, dan khususnya, saat Lebaran.

Yang mudik amat banyak pekerja berpendapatan pas-pasan. Sungguh mereka ingin menikmati kereta demi bertemu keluarga. Sering kalinya mereka harus berhadapan dengan kenyataan tiket yang berlipat harga. Atau kasus lain, tiket sukar didapat karena tinggi peminat.

Padahal, tanpa kebijakan diskon pun saudara kita Tionghoa sanggup kok membeli utuh. Lihat saja hari-hari biasa. Sering dalam bepergian jarak jauh ke timur, dalam satu gerbong kawan saya kalangan etnis ini. Tidak satu-dua, melainkan rombongan atau sekeluarga. Cek juga di kota besar yang banyak kantong pecinan, misalnya di Semarang dan Surakarta. Surabaya dan Yogyakarta juga tidak jarang.

Imlek dirayakan, itu silakan saja bagi penjalaninya. Menghormati momen dengan memfasilitasi diskon, sungguh sebuah kebaikan. Tinggal ditunggu kebaikan serupa pada pemeringat perayaan lain. Labaran dan Natal, dua momen ketika penikmat liburan ini tidak hanya dari kalangan satu agama. Yang turut kebagian diskon, andai memang ada, saat Lebaran, juga saudara lain di luar Islam. Pun ketika Natal, yang lazim disatukan dengan liburan Tahun Baru Masehi, banyak juga saudara kita Muslim yang menikmati andai ada diskon berkereta.

KAI rugi bila Lebaran dan Natal harga kereta didiskon? Kan permintaan tengah tinggi-tingginya? Pertanyaan bisa dibalik: kok saat Imlek terkesan diistimewakan, hingga harus ada? Kayaknya yang penting peringatan budaya ini saja? Baiknya PT KAI saat berbaik hati melihat dengan jernih dan utuh situasi. Mereka yang kaya disubsidi, sementar si papa yang berlebaran dengan menaiki kereta hasil berutang dipatok tarif berlipat. Adilkah?

Kebaikan KAI saat Imlek tahun ini berhak diapresiasi. Hanya saja, harus jelas alasannya, dan adil melihat situasi calon pemakai ke depan. Jangan sampai, kebaikan PT KAI saat Imlek ini diartikan politis. Mengingat kebaikan Tionghoa dalam membantu menaikkan penguasa sekarang, pun dengan fenomena mudah ditemuinya kalangan Tiongkok dari dalam negara kita, menggiring persepsi bahwa diskon tersebut semacam ucapan terima kasih. Ya, balas jasa dari penguasa kepada warganya yang telah berpihak. Juga semacam sinyal mendekatkan pada warga seetnis ketika dipantau Tiongkok.

Mungkinkah? Semoga saja tidak. []

No comments

Powered by Blogger.