Lampaui DKI Jakarta, Jawa Barat Tertinggi Dalam Serapan Tenaga Kerja
Provinsi Jawa Barat (Jabar) kembali menorehkan prestasi. Kini dalam hal realisasi investasi, sepanjang tahun 2015 Jawa Barat berhasil memberikan kontribusi serapan tenaga kerja hingga 301.474, atau berkontribusi sebesar 21% dari total penyerapan tenaga kerja di Indonesia sebesar 1.435.704 tenaga kerja, demikian catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Capaian Jumlah penyerapan tenaga kerja tersebut melampaui provinsi lain yang ada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah yang mencapai 161.811 tenaga kerja, Jawa Timur sebesar 130.112 orang, serta DKI Jakarta sebesar 121.224 orang.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani mengemukakan, penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi di Jawa Barat merupakan yang paling banyak di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa investasi di Jawa Barat tetap bergerak sehingga dapat berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Franky juga menyebutkan Jawa Barat masih menjadi tujuan investasi favorit di Indonesia, sehingga memiliki korelasi positif dengan tumbunya lapangan kerja.
“Jawa Barat memang masih menjadi daerah tujuan investasi favorit di Indonesia. Realisasi investasi di Jawa Barat sepanjang tahun 2015 sebesar Rp 98 triliun, merupakan tertinggi di Indonesia. Dengan penyerapan tenaga kerja yang terbesar menunjukkan korelasi positif masuknya investasi dengan tumbuhnya lapangan kerja,” ujarnya seperti dilansir oleh Detik, Rabu (10/2/2016).
Di samping itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian untuk memastikan ketersediaan SDM siap kerja untuk mendukung percepatan penyerapan tenaga kerja.
Dalam rapat koordinasi dengan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Perindustrian kemarin (9/2/2016), Franky mengusulkan kenaikan anggaran pelatihan sehingga dapat meningkatkan kapasitas SDM tenaga kerja.
Ia mengutip dari angkatan kerja sebanyak 122 juta orang, lebih dari 90% pendidikan di bawah SMA. Demikian pula dengan pengangguran yang sebanyak 7,5 juta orang, lebih dari 90% pendidikan di bawah SMA.
“Ada gap antara kompetensi SDM dengan kebutuhan investor, ini yang perlu diselesaikan pemerintah. Dengan dukungan anggaran tersebut, maka tenaga kerja Indonesia dapat memiliki kompetensi dan produktivitas yang lebih tinggi dari yang ada saat ini. Sehingga daya saing tenaga kerja Indonesia juga akan semakin meningkat, tidak hanya secara kuantitas, namun juga dari kualitasnya,” terang Franky. [detik/islamedia]
Capaian Jumlah penyerapan tenaga kerja tersebut melampaui provinsi lain yang ada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah yang mencapai 161.811 tenaga kerja, Jawa Timur sebesar 130.112 orang, serta DKI Jakarta sebesar 121.224 orang.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani mengemukakan, penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi di Jawa Barat merupakan yang paling banyak di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa investasi di Jawa Barat tetap bergerak sehingga dapat berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Franky juga menyebutkan Jawa Barat masih menjadi tujuan investasi favorit di Indonesia, sehingga memiliki korelasi positif dengan tumbunya lapangan kerja.
“Jawa Barat memang masih menjadi daerah tujuan investasi favorit di Indonesia. Realisasi investasi di Jawa Barat sepanjang tahun 2015 sebesar Rp 98 triliun, merupakan tertinggi di Indonesia. Dengan penyerapan tenaga kerja yang terbesar menunjukkan korelasi positif masuknya investasi dengan tumbuhnya lapangan kerja,” ujarnya seperti dilansir oleh Detik, Rabu (10/2/2016).
Di samping itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian untuk memastikan ketersediaan SDM siap kerja untuk mendukung percepatan penyerapan tenaga kerja.
Dalam rapat koordinasi dengan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Perindustrian kemarin (9/2/2016), Franky mengusulkan kenaikan anggaran pelatihan sehingga dapat meningkatkan kapasitas SDM tenaga kerja.
Ia mengutip dari angkatan kerja sebanyak 122 juta orang, lebih dari 90% pendidikan di bawah SMA. Demikian pula dengan pengangguran yang sebanyak 7,5 juta orang, lebih dari 90% pendidikan di bawah SMA.
“Ada gap antara kompetensi SDM dengan kebutuhan investor, ini yang perlu diselesaikan pemerintah. Dengan dukungan anggaran tersebut, maka tenaga kerja Indonesia dapat memiliki kompetensi dan produktivitas yang lebih tinggi dari yang ada saat ini. Sehingga daya saing tenaga kerja Indonesia juga akan semakin meningkat, tidak hanya secara kuantitas, namun juga dari kualitasnya,” terang Franky. [detik/islamedia]
Post a Comment