Silaturahim PKS, Antara Dakwah dan Manuver Politik


Logo Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Gerakan sebuah partai politik yang diekspos media rasanya seperti sayur tanpa garam bila tidak dibumbui berbagai penafsiran oleh khalayak. Termasuk silaturahim PKS kepada Presiden RI Jokowi beberapa waktu lalu. Momen itu berdekatan pula dengan isu reshuffle kabinet. Jadilah berbagai teori menghiasi kehadiran Muhammad Sohibul Iman (MSI) dan kawan-kawan di istana negara pada 21 Desember 2015.

Di berbagai kesempatan MSI sudah menegaskan bahwa kunjungan itu hanyalah silaturahim biasa. Ia jelaskan kembali saat acara pelantikan dan konsolidasi PKS DPW DKI Jakarta, Ahad 3 Januari 2016 kemarin. Di hadapan para kadernya, ia katakan bahwa silaturahim PKS dengan berbagai elemen bangsa merupakan jati diri partai dakwah.

MSI menjelaskan tentang dua jenis dakwah yang dilakukan PKS, yaitu dakwah struktural dan kultural. Dakwah struktural menurutnya adalah berhubungan baik dengan struktur-struktur partai lain dan kelembagaan negara. Sedangkan dakwah kultural adalah menjalin hubungan baik dengan komponen-komponen bangsa non partai seperti ormas-ormas.

Dakwah struktural – dengan definisi yang MSI terangkan – telah diamalkan oleh PKS melalui silaturahim dengan Jokowi. Di mata khalayak, momen kunjungan itu sangat berkesan. Karena PKS telah mengambil sikap beroposisi terhadap pemerintah. Silaturahim antara pimpinan PKS dengan Jokowi tentu akan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa PKS tak punya hard feeling kepada pemerintah sekarang.

Sedang dakwah kultural telah diamalkan pula oleh PKS melalui silaturahim kepada pimpinan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, yaitu Muhammadiyah. Pada Rabu 6 Januari 2016 kemarin, Presiden PKS bersama Ketua Majelis Syuro dan rombongan berkunjung ke kantor DPP Muhammadiyah, Jakarta, menemui ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir, Busyro Muqoddas, dll.

Silaturahim dan Esensi Dakwah

Sesuai maknanya, silaturahim berarti menyambung kasih sayang. Sesuatu yang sangat ditekankan dalam Islam. Dari silaturahim, Allah janjikan banyak kebaikan.

“Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? ‘Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan,’ sabda Rasulullah SAW, ‘adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan” (HR Ibnu Majah).

Silaturahim adalah sebuah sarana dakwah. Dalam menyosialisasikan diri sebagai seorang Rasul, Nabi Muhammad SAW mengunjungi kabilah-kabilah yang datang ke Mekkah pada musim haji.

Sementara Syaikh Musthafa Masyhur dalam tulisannya tentang 7 tahapan dakwah fardhiyah menempatkan jalinan hati yang baik terhadap obyek dakwah sebagai tahapan pertama. Artinya, silaturahim adalah implementasi langkah pertama dalam menyeru manusia kepada Allah swt. Menjadi relevan bagi partai yang mengklaim sebagai partai dakwah untuk menjadikan silaturahim sebagai program kerjanya

Silaturahim dan Manuver Politik

Gus Dur merupakan tokoh yang saya kagumi dalam hal silaturahim. Cerita terpilihnya ia menjadi presiden RI ke empat tak lepas dari kiprah silaturahimnya. Saat masyarakat mencari tokoh alternatif untuk dimunculkan sebagai Presiden RI, muncul opsi Gus Dur yang diterima banyak kalangan.

Gus Dur menjadi sosok yang diterima dengan baik oleh banyak pihak tak lain karena Gus Dur tak sungkan mengakrabi kawan maupun lawan politiknya.

Mahfud MD dalam tulisannya “Magnet Silaturahmi Gus Dur” mengupas cerita-cerita menakjubkan bagaimana Gus Dur memelihara hubungan baik dengan orang sekitarnya melalui silaturahim.

Gus Dur pernah dengan mendadak mengunjungi rumah orang tua Kepala Staf Angkatan Udara saat itu, Hanafi Asnan di Madura. Kebetulan Gus Dur sedang di Madura, ia tak segan mengunjungi rumah ajudannya.

Terhadap orang-orang yang berseberangan pun Gus Dur tak sungkan bersilaturahim. Misalnya kepada Abu Hasan yang menjadi pesaing Gus Dur dalam perebutan kursi Ketua NU pada tahun 1994. Bahkan Gus Dur yang memulai bersilaturahim kepada Abu Hasan.

Kebiasaannya ini terbawa ketika menjadi presiden. Kegemaran silaturahim Gus Dur ke mancanegara banyak menuai kritikan karena banyak persoalan dalam negeri yang lebih butuh perhatian. Namun begitu, Gus Dur tetap menjadi teladan sebagai seorang politisi dengan keunggulan silaturahim.

Sementara politisi lain ketika bersilaturahim biasanya menjadi sesuatu yang tumben. Biasanya hanya menjelang pemilu, butuh dukungan saat maju pilkada, atau ada maunya, barulah seorang politisi bersilaturahim. Manuver begini tidak akan menjalin hubungan yang kokoh.

Seorang politisi atau entitas politik membutuhkan relasi yang baik dengan berbagai pihak. Itulah fungsi silaturahim.

Teladan Pimpinan PKS dalam Silaturahim

Kader PKS harus menjadikan silaturahim sebagai habbit (kebiasaan), bahkan menjadi muwashafat atau karakter. Teladan dari qiyadah (pimpinan) sebenarnya sudah ada.

Kisah silaturahim Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri ketika masih menjabat Menteri Sosial sebenarnya cukup harum. Pernah di bulan Agustus 2014 saat menjalankan program bedah rumah warga miskin di Desa Guci, Tegal, Jawa Tengah, di lereng Gunung Slamet di atas ketinggian 1.250 meter, beliau bermalam di rumah warga yang rumahnya akan direnovasi. Itu seorang menteri, bermalam di rumah yang tak layak huni.

Tak hanya sekali. Sebelumnya, pada Februari 2014, beliau juga menginap di rumah warga di Desa Bleberan, Playen, Gunungkidul. Juga dalam program yang sama: bedah rumah. Warga Desa Mangunharja, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat juga pernah merasakan rumahnya diinapi beliau. Juga saat ke Pacitan, beliau tidur di atas dipan kayu dan makan nasi tiwul tanpa canggung. Dan masih banyak lagi cerita serupa.

Rasanya, di kepemimpinan Salim Segaf Al Jufri, kritikan hidup bermewah-mewah kepada qiyadah tak menemukan relevansinya.

Bila Ketua Majelis Syuro sudah terbiasa bersilaturahim, maka sunnah hasanah itu harus tertularkan kepada kader dan juga menjadi program partai dari tingkat pusat sampai ranting.

Gerakan silaturahim PKS ini patut diapresiasi. Tetapi perlu diamati apakah akan menjadi kebiasaan ataukah hanya insidental karena ada kepentingan tertentu. Nanti kita akan lihat, bila ucapan MSI benar bahwa PKS tetap menjadi oposisi, maka kecurigaan publik bahwa PKS melobi Jokowi untuk mendapat kursi menteri saat silaturahim kemarin akan mentah dengan sendirinya ketika reshuffle kabinet diumumkan. Namun saya mengharapkan silaturahim PKS dengan Presiden untuk menyampaikan langsung aspirasi masyarakat tidak terjadi sekali saja. Semoga silaturahim seperti itu menjadi program rutin dan bisa menyambangi banyak tokoh bangsa.

Sumber : Dakwatuna

No comments

Powered by Blogger.