Mendambakan surga, tapi mengamalkan amalan-amalan yang memasukkan ke dalam neraka


ilustrasi Haji berdoa (Tempo.co)

Mendambakan surga, tapi mengamalkan amalan-amalan yang memasukkan ke dalam neraka.

Jika seseorang berpikir dengan normal, ia pasti ingin dimasukkan ke dalam surga. Sayangnya, banyak di antara mereka yang justru melakukan amalan-amalan yang menjadi sebab dijerumuskan ke dalam neraka. Pingin masuk surga, tapi pacaran. Pingin masuk surga, tapi berzina. Pingin masuk surga, tapi korupsi. Pingin masuk surga, tapi berbohong, dan lain sebagainya.

Keenam, mengaku takut kepada neraka, tapi melakukan maksiat.

Tidak ada satu pun manusia yang sanggup menahan panasnya api dunia. Lebih-lebih lagi panasnya neraka yang lipat panasnya seribu kali, bahkan lebih dari itu. Sayangnya, banyak yang takut neraka, tapi masih bergelimang dalam melakukan masiat kepada Allah Ta’ala, dari yang paling kecil hingga yang paling besar.

Ketujuh, mengetahui kepastian mati, tapi tidak bersiap diri untuk berbekal.

Di antara ciri cerdasnya seorang hamba, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah, ialah orang-orang yang menyadari kepastian mati, lalu beramal untuk memperbanyak bekal. Sebaliknya, orang-orang yang dungu, hatinya mati. Mereka berusaha berlari dari kematian dengan berada dalam gelimang dunia dan dosa.

Tiada persiapan, hanya kemalasan dalam beribadah, padahal ibadah dan amal shalih merupakan sebaik-baik bekal bagi seorang hamba dalam menghadapi kematian yang pasti dan kehidupan setelahnya.

Kedelapan, sibuk mengoreksi kekurangan orang lain, tapi abai dengan kekurangan diri.

Semut di seberang sungai terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Sibuk meneliti orang lain, mencari-cari aib, lalu menyebarkannya kepada banyak orang. Padahal, aib dirinya jauh lebih besar, jauh lebih banyak.

Kesembilan, mendapatkan rezeki dari Allah Ta’ala, tapi tidak bersyukur.

Ketika belum mendapatkan rezeki, sibuk berdoa. Setelah diberi rezeki, langsung lupa untuk bersyukur. Bahkan, banyak yang menggunakan rezeki untuk berlaku kufur, musyrik, dan berbagai jenis perbuatan dosa lainnya.

Kesepuluh, ikut dalam prosesi pemakaman, tapi tidak mengambil pelajaran dari kematian.

Kematian seharusnya menjadi nasihat. Kematian seharusnya menyadarkan. Sayangnya, banyak yang abai, lalai, bahkan semakin terjerumus dalam dosa, meski sering mengikuti prosesi pemakaman atas kematian saudara, tetangga, atau kaum Muslimin yang lain.

Hendaknya kita memperhatikan hal ini. Semoga kita terjaga dari buruknya hal tersebut. Sebab, hal tersebut merupakan penyebab kematian hati, kemudian doa kita tidak dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Tertolak!

Wallahu a’lam.

No comments

Powered by Blogger.