Duta Besar Jerman Untuk Vatikan : ” Islam Adalah Bagian Dari Solusi “


Duta Besar Jerman untuk Vatikan, Annette Schavan*, masih melihat agama sebagai pembawa damai, disamping perang dan terorisme. Dalam sebuah wawancara dengan dw.com (Germany), ia menyerukan dialog antar agama lebih dan menghormati antara semua agama.

Wartawan : Setelah Malam Tahun Baru insiden pelecehan di Cologne, suasana sangat dituntut sehubungan dengan migran telah dikembangkan di Jerman.Bagaimana orang di Roma menilai peristiwa di Jerman?

Annette Schavan : Vatikan tahu tentang semua upaya baru untuk mengeksploitasi agama sebagai pembenaran untuk kekerasan. Jerman dipandang sebagai negara yang tidak banyak memiliki pengungsi. Paus telah secara eksplisit memuji ini dalam pidato Tahun Barunya.

Wartawan : Dapatkah agama saat ini berfungsi sebagai pembawa damai atau telah sudah menjadi kekuatan pendorong di belakang perang?

Annettte Schavan : Ada penghasut perang yang memeluk agama. Tapi itu tidak berarti bahwa agama mempromosikan perang. Agama memiliki kekuatan besar untuk membawa perdamaian. Orang-orang kecewa dengan berbagai serangan dan heran, “Haruskah kita menyamakan gambar-gambar kekerasan dengan Islam?” orang mendapat kesan bahwa Islam adalah bagian dari masalah. Tapi itu tidak benar. Ini harus menjadi jelas bahwa itu adalah bagian dari solusi.

Wartawan : Paus telah meminta semua orang Kristen untuk menerima pengungsi. Dalam situasi saat ini, apakah itu terdengar seperti utopi kerukunan bertetangga?

Annette Schavan : Jerman telah memberikan contoh yang sangat baik dengan “budaya welcome,” nya meski masih belum apa-apa dibanding masa lalu. Tentu saja, banyak orang cemas. Itulah yang sesungguhnya teroris inginkan. Mereka tidak ingin budaya penyambutan untuk pengungsi. Salah satu hal yamh membuat pengungsi melarikan diri adalah teroris. Jika kita mempertimbangkan integrasi dan budaya menyambut sebuah utopis, maka teroris telah mencapai-nya.

Wartawan : Pada periode Anda sebagai menteri pendidikan Jerman, Anda mendirikan kursi pertama teologi Islam di universitas Jerman. Apakah dialog agama berlangsung di sana sekarang?

Annette Schavan : Saya mendirikan fakultas teologi Islam karena pendidikan teologi yang dibutuhkan untuk membangun dialog. Hal ini penting, karena kritik juga terlibat di sini. Menggunakan metode historis-kritis untuk menafsirkan kitab suci adalah penting. Jerman memiliki potensi untuk menjadi negara yang membawa kemajuan dalam teologi. Bahkan dalam agama Kristen, studi Alkitab kritis hanya ada selama kurang lebih 100 tahun. Keempat lembaga teologi Islam yang sekarang kita miliki di Jerman hanyalah awal bagi saya.

Wartawan : Apakah kita perlu konfrontasi teologis dengan Islam radikal? Harus teori mereka dibantah dengan argumen dari Quran?

Annette Schavan : Perdebatan yang sudah mengambil tempat di antara para teolog Islam. Sangat penting bahwa perwakilan dari teologi kontemporer yang dapat bertahan ke masa depan menemukan penerimaan dan tidak dilihat sebagai orang luar. Pendekatan tersebut dapat dikembangkan di fakultas universitas Jerman.

Reporter : Paus Francis aktif dalam mempromosikan dialog antaragama Vatikan berupaya berdialog dengan orang-orang Yahudi, Kristen Ortodoks, Kristen Protestan dan Muslim. Bisa juga memediasi antara Syiah dan Sunni?

Annette Schavan : Paus adalah otoritas moral yang besar yang lingkup pengaruh mencapai luar dunia Katolik. Karena ia bertindak sebagai pembawa damai dan Pendamai, orang-orang dari semua budaya merasa ia adalah suara hati nurani, dan mereka merindukan agama di abad ke-21 untuk bersatu dan tidak membagi.

Reporter : Tidak hanya Muslim yang melarikan diri dari perang dan penindasan dari tanah air mereka. Kristen juga dianiaya di banyak negara Muslim. Apakah mereka menderita resiko di tangan teroris Islam yang didorong masa lalu?

Annette Schavan : Kristen adalah kelompok agama yang paling dianiaya. Yang harus dikatakan dengan jelas. Tapi Muslim juga dianiaya karena iman mereka. Kebebasan beragama adalah untuk semua orang. Yang juga harus dikatakan dengan jelas. Ini adalah tanggung jawab politik setiap masyarakat untuk melindungi kebebasan ini.

*Annette Schavan telah menjadi duta besar Jerman untuk Vatikan sejak 2014. Ketika dia menjabat sebagai menteri Jerman untuk pendidikan dan penelitian (2005-2013), politikus Katolik dan Kristen Demokrat didirikan kursi pertama teologi Islam di Universitas Tübingen, Munster, Osnabruck dan Erlangen.




No comments

Powered by Blogger.