Setya Novanto mundur Jokowi tertawa lepas di Istana merdeka


Istana Negara Jakarta, Rabu sore menjelang maghrib kedatangan tamu para pelawak. Tak heran jika gelak tawa memenuhi seantero ruang, bahkan tawa sang Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak kalah lepasnya.

Tak lama berselang, berita Setya Novanto yang mundur sebagai Ketua DPR RI pun terkonfirmasi sebagai kabar yang shahih. Entah kebetulan yang disengaja atau tidak, Istana memang sedang dipenuhi tawa ketika pimpinan DPR dalam proses meletakkan jabatannya.

Masyarakat pun mendapat tontonan ironi sekaligus kelegaan pihak-pihak yang merasa berada di atas angin ketika dua penggal fragmen yang terpisah itu disatukan dalam sebuah bingkai.

Jokowi sedang duduk di sisi Andre Taulany, Dorce, Nunung, dan Cak Lontong. Sementara di hadapannya tak bosan berbicara si Jarwo Kwat, Sule, Parto, dan Aziz. Wajar jika Presiden pun akhirnya bisa ‘ngakak’.

Jokowi memang memanggil sederet komedian ternama hari itu untuk sekadar bincang santai dan makan bersama.

“Sepertinya bapak capek dan ingin tertawa bareng para pelawak,” kata sumber orang dalam Istana yang tak mau disebut namanya dikutip dari Antara, Rabu (16/12).

Sempat beredar spekulasi lain bahwa Jokowi sengaja menghadirkan 14 pelawak papan atas ke Istana untuk mengalihkan perhatian media terkait sikapnya terhadap keputusan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Konstelasi berubah boleh pada detik dan waktu yang tak terpaut lama, rupa dan perasaan Jokowi versus Setya Novanto berlawanan 180 derajat.

Jokowi tengah tertawa lepas serasa tanpa beban, tepat ketika Novanto sedang diliputi kegalauan menjelang kemundurannya sebagai Ketua DPR, terkait masalah ‘papa minta saham’ PT Freeport Indonesia.

Sikap Setya jelas akan menuai polemik, sekaligus menjadi bahan yang paling banyak diperbincangkan.

Sementara Jokowi justru sedang melepaskan kepenatannya dan bersenda gurau, termasuk membicarakan usulan Cak Lontong untuk mendirikan Museum Komedi Indonesia di Kota Solo, kota asal Sang Presiden.

Keduanya berada di dua tempat yang berbeda, baik suasana maupun peruntungannya. Namun, keduanya jelas sedang saling melihat reaksi satu sama lain.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung pun telah berkali-kali menegaskan bahwa Presiden memberikan perhatian secara khusus terhadap proses di MKD, terkait sidang kasus etik yang melibatkan Ketua DPR Setya Novanto dalam polemik ‘papa minta saham’ kepada PT. Freeport.

Menurut Pramono, Presiden dari waktu ke waktu menugaskan jajarannya untuk melaporkan perkembangan proses di MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan).

“Artinya apa yang menjadi harapan publik, keinginan masyarakat itu bisa diterjemahkan dan ditangkap secara baik oleh teman-teman di MKD,” tutur Mas Pram, sapaan karib Pramono Anung.

Memang Jokowi tak mungkin menutup mata, sebab konstelasi politik di DPR juga jelas harus menjadi bagian dari pengamatan utamanya. Terlebih bahwa polemik yang sedang bergulir menyangkut dugaan pencatutan nama dirinya sebagai Presiden.

Polemik Novanto dalam tanda pagar #papamintasaham itu memang menyedot perhatian publik di Tanah Air yang demikian besar.

Aspirasi dan kehendak rakyat luar biasa besar tercermin dalam banyak “meme” di media sosial bahkan menjadi bahasan yang viral dalam berbagai kesempatan.

Polemik itu memberikan pelajaran tentang betapa etika harus ditegakkan dan aspirasi rakyat harus ditangkap.

Konsep negara adalah rakyat semestinya ditegakkan tinggi-tinggi di sebuah negara demokrasi.

Di sisi lain bahwa bagaimana pun juga etika bergaul dan berpolitik tetaplah sesuatu yang mesti diagungkan demi tetap tegaknya sistem tata negara yang baik.

No comments

Powered by Blogger.