Kok Jadi begini, Jokowi pilih diam, JK vs TNI AU terkait pembelian Helikopter


Wakil Presiden Jusuf Kalla mengecam rencana TNI Angkatan Udara membeli delapan helikopter AgustaWestland AW-101 bikinan Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italia untuk Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke daerah terpencil. Pria yang dipanggil JK ini menilai pembelian delapan helikopter itu mubazir.

Ketimbang membeli helikopter asing itu TNI AU disarankan JK menggunakan Helikopter SuperPuma yang selama ini digunakan untuk kunjungan kerja, baik oleh Presiden Joko Widodo maupun dirinya. Menurut JK, Helikopter SuperPuma itu masih sangat layak digunakan.

Dia mengatakan, Indonesia sudah bisa memproduksi helikopter melalui PT Dirgantara Indonesia. Oleh karena itu dirinya sangat menolak wacana TNI AU membeli helikopter bikinan kerjasama Inggris-Italia itu.

“Kebijakan itu musti orang berani. Coba lihat hari ini ribut sekali helikopter. Kita bisa bikin tapi harus impor,” kata JK, di kantornya kemarin.

Namun, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna menyatakan bahwa PT Dirgantara Indonesia belum bisa membuat produksi dalam negeri alat utama sistem persenjataan untuk TNI. Hal itu dibuktikan PT Dirgantara Indonesia selalu bekerjasama dengan perusahaan militer di luar negeri. Karena itu TNI AU tak memilih helikopter EC-725 Cougar dari PT DI untuk heli VVIP Presiden Jokowi.

Menurut Agus, heli AW-101 dari luar negeri. Hal itu sudah masuk dalam rencana strategis 2015-2016. Pemilihan AW-101 atas kajian lantaran TNI AU membutuhkan heli angkut berat. Heli AW-101 memiliki kabin dengan ketinggian 180 cm dan kapasitas angkut 80 ton, serta mempunyai tiga mesin.

“Tapi kami kerjasama dengan PT DI, jadi belum sanggup PT DI buat. Contoh pembelian heli Apache sanggup tidak PT DI. Dari mana heli dan pesawat beli dari Airbus dan Amerika kan? Dari luar kan semua,” kata Marsekal Agus di Mabes TNI AU, Jakarta, Senin (30/11).

Namun tudingan Marsekal Agus Supriatna ditepis PT Dirgantara Indonesia. Menurut Kepala Humas PT Dirgantara Indonesia Irland Budiman, sudah sejak 1990-an PT DI bekerja sama dengan TNI AU untuk urusan alutsista.

“Sebenarnya boleh saja pernyataannya Kasau seperti itu. Sekarang sudah banyak alutsista delivery juga yang memperlihatkan bahwa bukan PT DI tidak mampu,” kata Kepala Humas PT Dirgantara Indonesia Irland Budiman saat dihubungi merdeka.com, Selasa (1/12).

Sejak periode 2009 sampai dengan 2019 nanti PT DI akan menyuplai 16 helikopter ke TNI. Di mana periode 2009-2014 ada 10 helikopter Combat Search and Rescue (CSAR). Adapun 2015 sampai empat tahun ke depan enam helikopter EC-725.

Kisruh yang terus meruncing antara pihak PT DI dan TNI AU membuat Jusuf Kalla geram. JK pun meminta TNI AU menghentikan rencana pembelian helikopter AgustaWestland AW101 itu.

“Tidak ada itu, setop saja itu barang. Nah kalau membiarkan kebijakan seperti itu akan terjadi terus seperti itu. Apapun risikonya, inilah yang menjadi bagian yang kita mengharapkan dukungan semua pihak,” kata JK.

No comments

Powered by Blogger.