Mereka Berduka, Menyaksikan AKP Menang
"The Western media is another loser of #TurkeyElections. This Islamophobic, snob, patronizing attitude obscured reading Turkey," cuit @cerenkenar menggambarkan pemilu Turki.
Selain Yahudi, Israel, AsSisi, UAE, dan Islamphobia. Ada kalangan Islam yang menyikapi sinis atas kemenangan telak AKP. Namun bahagia saat AKP gagal meraih suara telak.
Komentar seorang di FanPages Nandang Burhanudin sbb: "Tetap saja yang menang kapitalisme. Parpol Islam hanya jadi penggembira saja."
Mungkin kurang piknik. Mereka bahagia kalau Turki mengalami seperti Mesir, yang baru saja memberikan suara dukungan ke Israel di PBB.
Sebelumnya, Rustam Ibrahim -seorang pendukung Jokowi yang juga Direktur LP3ES- memprediksi suara AKP tidak akan berubah signifikan dalam pemilu ulang.
"Tapi mengingat pemilu baru saja digelar hanay 5 bulan lalu, diperkirakan pemilu November nanti tidak akan banyak mengubah perolehan kursi AKP," ujar Rustam Ibrahim di twitter.
Ternyata AKP mampu meraih suara yang sangat signifikan.
AKP meraih 49,41% suara atau 316 kursi parlemen (57,45% dari 550 kursi).
Secara kursi, kursi AKP bertambah 58 kursi dari sebelumnya 258 kursi.
AKP dan Erdogan memang 'ditakuti' negara-negara barat, AS, Rusia, terutama Israel.
Bahkan jelang pemilu, media terkemuka dunia THE ECONOMIST secara terang-terangan mengajak agar tidak memilih AKP.
"Turks should vote against the ruling Justice and Development party on November 1st" demikian headline THE ECONOMIST yang dipublis sehari sebelum pemilu Turki.
Kenapa barat, AS, Israel ketar ketir dengan kemenangan AKP?
"Timur dan barat antusias memantau pemilu Turky, artinya Turky negara penting bagi mereka, sebagai kawan ataupun lawan," kata pengamat timteng Hasmi Bakhtiar di twitter mengomentari hasil pemilu Turki.
"Kemenangan IM di Turky kode keras buat pemerintah kudeta di Mesir, rezim Asad di Suriah dan tentu Israel bahwa arab spring kembali meledak," ujar alumni Al-Azhar Mesir ini.
"Kemenangan AKP adalah nafas baru bagi arab spring yang sempat mati suri, bahkan bagi semua islam politik di dunia," lanjutnya.
"Benar kata mantan presiden PKS (Anis Matta), tanpa gembar gembor negara islam tetap juga Eropa merinding liat AKP dan Erdogan," tutup mahasiswa S2 Hubungan Internasional Lille Perancis ini.
Post a Comment