Ya Allah, Kapan KPK Kirim Napi-Napi Berbobot Seperti LHI?
"Ya Allah, Kapan KPK Kirim Napi-Napi Berbobot Seperti LHI?"
Pertanyaan tersebut disampaikan oleh seorang penghuni lapas pada suatu pagi ketika mengikuti taklim Subuh di Lembaga Permasyarakatan Sukamiskin, Jawa Barat yang diisi oleh Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq (LHI).
Lebih lanjut ia mengatakan seperti ini:
Setelah masuk ke sini (lapas) maka datanglah guru-guru sangat berkualitas. Kemarin saya di saung berkata jahil, “Ya Allah kapan lagi nih KPK mau mengirimkan napi-napi yang punya bobot seperti LHI”. Betul ini..karena luar biasa itu manfaatnya, tidak mengharapkan dan tidak mendoakan akan tetapi faktanya seperti ini.
Kalau kita ingat seril teve 90-an yang dibintangi oleh Gusti Randa “sengsara Membawa Nikmat”. Nah inilah sengsara membawa nikmat. Inilah barangkali yang sedang kita nikmati, nikmat sehat, nikmat bertambahnya ilmu, nikmat persaudaraan.
Berikut tanggapan Ust.LHI:
Para ulama dulu menjelaskan begini, ketahuilah bahwa sesungguhnya roda dan perputaran dunia ini tidak pernah berhenti, kehidupan terus berjalan, kita suka atau kita nggak suka dia terus berjalan.
Yang menjadi persoalan adalah suka dan tidak sukanya kita, dia kita sukai terus berjalan, kita tidak suka dia terus berjalan karena sudah ada yang mengatur dan sudah ada yang memprogram. Karena semua sudah ada relnya masing-masing.
Penderitaan yang paling susah dihindari itu kalau kita selalu nggak suka, ketemu ini nggak suka, ketemu itu nggak suka, padahal yang kita lihat itu juga mahluk Allah sama dengan kita. Sesama manusia kita sama-sama mahluk, benda-benda yang lain juga mahluk, tempat ruangan ini juga mahluk, waktu juga mahluk semuanya adalah mahluk Allah.
Rasulullah SAW mengatakan, “Irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fis samaa-i” sayangilah apa yang ada di muka bumi ini, maka engkau pun akan disayangi yang ada di langit sana.
Jadi keramahan kita terhadap apa yang ada di sekeliling kita itulah yang akan mendatangkan keramahan yang ada di langit sana kepada kita. Tatkala kita tidak bersahabat dengan situasi, denganw aktu setempat, ya sudah dia akan membuat kita tidak dijadikan sahabat, karena dia sama-sama mahluk, sama-sama ciptaan Allah dan sama-sama punya misi dan punya risalah.
Apa yang berupa kebajikan harus disegerakan jangan ditunda-tunda, seperti kata Bimbo, beramal sholeh jangan ditunda-tunda. Di sini masalahnya masalah hati karena kalau berbicara tentang sabar, setiap yang terjadi itu ada yang sesuai dengan selera kita, ada yang tidak sesuai dengan selera kita. Yang datang kepada kita pun ada yang sesuai dengan selera kita dan ada yang tidak sesuai dengan selera kita. Kita terlanjur memiliki sebuah persepsi yang kita bangun, lalu itulah yang ada dalam hati.
Allah tidak selalu minta ini dikasih itu. Tidak selalu doa kita itu tepat seperti apa yang kita minta.
Jangan lupa pula bahwa sebenarnya Yusuf alaihissalam dulu dimasukkan penjara kan diasumsikan orang agar dia menderita, tapi justru itu adalah salah satu episode perjalanan hidupnya yang merupakan proses penggemblengan.
Jadi ada next episode dari kehidupan kita yang sudah kita persiapkan dan ada pula pengampunan Allah berikan ketika kita bersabar dalam menjalani ini semua. Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan ampunan dan mendapatkan pembekalan dari Allah untuk menjalani fase kehidupan baru. [Paramuda/ BersamaDakwah]
*Dikutip dan diolah dari buku "Suatu Subuh di Sukabumi" terbitan DMN Publishing.
Muhammad Sholich Mubarok
Post a Comment