Pandangan Kritis Emil Salim Soal Kereta Cepat


Pandangan Emil Salim soal kereta cepat (saya copas dari WA-nya Yudi Latif):

Jika Rini sangat dekat dgn JKW, mengapa:

1/ memaksakan proyek kereta-cepat utk jarak pendek Jakarta-Bandung yg tak feasibleekonomi?

2/ mengapa pakai dana pinjaman China utk proyek yg TIDAK hasilkan valuta asing, ada"mis-match" (ketidak-cocokan) dana pembiayaan antara "valuta asing dgn rupiah loan".

3/ sungguhpun pola proyek "Business-to-Business", bukankah yg terlibat business adalah Badan Usaha MILIK NEGARA", yg modalnya merupakan kekayaan-negara yg dipisahkan? Sehingga bila ada kerugian business dlm usaha kereta-cepat maka risiko business ditanggung BUMN yg pemegang-sahamnya adalah Negara/Pemerintah?

4/ mengapa Menteri BUMN bisa menyingkirkan kebijakan Menteri Perhubungan yg tidak utamakan proyek kereta-cepat? Bila kemudian ada kesulitan keuangan, persaingan antar moda transportasi kereta-cepat dgn sarana angkutan kereta-api + angkutan jalan-raya sehingga secara makro merusak sistem perhubungan Jkt-Bdg, Menteri mana yg bertanggung-jawab?

5/ jika ada kecelakaan kereta-cepat Jkt-Bdg, Menteri siapa yg bertanggung-jawab?

6/ dlm alih-teknologi sistem kereta-cepat, sudahkah dikaji siapa lebih unggul dijadikan sistem kereta-cepat nasional kelak (Jkt-Semarang-Surabaya dll) antara China dan Jepang serta negara2 lain. Apakah kewajiban transfer teknologi ke fihak Indonesia masuk menjadi "keharusan" dlm deal dgn China ini?

7/ sudahkah diperhitungkan dampak geo-politik pilihan China ketimbang Jepang dlm perkembangan politik pembangunan Indonesia dlm perkembangan global masa depan?

8/ bagaimana Menteri BUMN bisa melakukan semua ini "single handedly", kekuatan politik manakah yg mendukungnya dan dgn manfaat-rugi bagi negara yg bagaimana?

9/ lalu mengapa memperbesar dana pinjaman valuta asing sampai US$ 6 billion dlm kondisi neraca pembayaran kita yg rawan sekarang ini dan membuat kabinet Jkw hadapi risiko "confidence" dunia usaha nasional dan internasional yg goyah? Apakah "debt-service ratio RI" tak terganggu?

10/ Jikapun debt-service ratio dianggap "aman" karena "pinjamannya berjangka panjang" apakah sifat "tight loan" (hutang mengikat utk dipakai bagi pembelian produk pemberi pinjaman yakni China) tidak menjadikan "hutang jangka panjang" ini berbiaya tinggi (costly). Bisakah hutang jangka panjang China dipakai utk pembelian "off-shore China" (di luar China) utk memungkinkan persaingan harga seperti yg diberlakukan pinjaman jangka panjang Bank Dunia?

Apakah semua ini ada diperhitungkan jika "Rini sangat dekat dgn Jkw"? Mengapa Menko RR berdiam-diri dlm hal ini?

Salam, Emil Salim (Mantan Menteri Perhubungan 1973-1978)

*sumber dari Fb Joko Santoso HP(19/10/2015)

Foto: Menteri BUMN Rini Soemarno menghadiri pembukaan Pameran Kereta Api Kecepatan Tinggi Cina yang digelar Perusahaan China Railway Corporation di Atrium Senayan City (VIVA.co.id/Muhamad Solihin)

No comments

Powered by Blogger.