MEMAKNAI HIJRAH DENGAN BER-HIJRAH
Illustrasi |
Oleh : Ustzh DRA. INDRA ASIH
�� MEMAKNAI HIJRAH DENGAN BER-HIJRAH
������������������
Sabda Nabi SAW:
��“Ilmu yang pertama kali diangkat adalah kekhusu’an” ��
(diriwayatkan oleh Thabrani dengan sanad Hasan)
Perjalanan alam semesta dan dunia, berputar terus, berpindah dari satu proses ke proses yang lain.
Berpindah dari satu era ke era yang lain, dengan perbedaan manusia yang menghuninya dan kecenderungan mereka yang tentu saja juga mengalami perubahan sejalan dengan perbedaan kekhasan mereka dari masa ke masa.
Kita adalah penghuni dunia sekarang.
��Dunia yang serba cepat, praktis dan efisien.
��Dunia yang menjanjikan dan menyajikan berbagai arena dan fasilitas yang sungguh-sungguh sangat mengasyikkan dan canggih.
��Dunia yang dipenuhi dengan perkembangan teknologi yang begitu menawan dan semuanya menantang kita untuk mencoba dan menikmatinya.
Teknologi komunikasi dan transportasi yang memungkinkan kita menggenggam dunia ini hanya dalam hitungan detik, dalam arti hanya dalam hitungan detik saja, kita sudah bisa ada dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu negeri ke negeri lain.
Mencermati hadits di awal tulisan ini, apa yang Nabi saw sabdakan terbukti benar adanya sekarang.
Sedikit demi sedikit tanpa kita menyadarinya seluruh diri kita, seluruh indera kita sudah begitu terbiasa dan menikmati bahkan kecanduan hiruk-pikuk dan gemerlap suasana dunia modern ini.
Luluh lantak bangunan kekhusu’an pada diri kita.
Habis kandas persediaan energi pembangkit khusu’an kita.
Ketika sholat, kita ibarat "mayat" atau "robot" yang sedang melakukan aktifitas tanpa makna. Kosong.
Kemudian, kita terburu-buru menyelesaikannya dan akhirnya, bersegera kembali pada berbagai judul dan kesibukan kita.
Di masa seperti ini, sungguh memaknai HIJRAH dengan kembali merebut KEKHUSU'AN kita dalam memaknai hidup dan tugas kehidupan kita yang hakiki yang diembankan oleh Allah swt pada kita, merupakan suatu hal yang sangat penting tapi sulit.
Memaknai HIJRAH berupa ��keluar dari alur gemerlap dan kesibukan yang melalaikan dan
��kembali masuk pada nuansa keheningan dan kekhusu’an,
untuk menapaki sisa-sisa waktu yang masih Allah karuniakan pada kita.
Hingga hidup kita kembali pada suasana semata-mata hanya untuk mengagungkan dan meninggikan Allah swt.
Tentu saja keheningan dan kekhusu’an secara hakiki.
Bukan keheningan dan kekhusu’an yang membuat kita hanya memojokkan diri kita di tempat-tempat sholat kita.
Tapi hening dan khusu' di tengah keramaian dan kesibukan kita untuk beramal dan berbuat sebanyak-banyaknya untuk memberikan kebaikan dan manfaat bagi orang-orang di sekitar kita.
�� Setidaknya ada beberapa langkah yang bisa kita coba untuk proses hijrah kita tersebut.
��1⃣. MEMILIH
Di dalam al Qur’an surat Al Kahfi ayat 29, Allah SWT menuntun kita dan menyerahkan pilihan itu pada kita dengan konsekuensinya.
"Dan katakanlah:
Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
Mari kita berusaha untuk menentukan pilihan terbaik, pilihan yang paling disukai oleh Allah.
Apakah yang dimaksud dengan pilihan terbaik?
Contoh:
Jika ada seseorang melakukan kesalahan pada kita. Ada beberapa sikap yang bisa kita ambil.
��Pilihan pertama: tidak marah. Ini baik.
��Pilihan kedua: memaafkan. Ini lebih baik.
��Pilihan ketiga: membalas kesalahan seseorang dengan kebaikan. Inilah pilihan terbaik.
��2⃣. MENERIMA
Yaitu melapangkan hati kita untuk ikhlas menerima pilihan terbaik yang sudah kita putuskan.
Allah berfirman: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.
Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al An’am : 125)
��3⃣. MEMUTUSKAN
Yaitu berarti kita memilih dan melapangkan hati kita bukan hanya pada satu atau dua hal saja, tapi berusaha menerapkannya pada keseluruhan aspek dalam hidup kita.
Di dalam QS. Al An’am ayat 162, Allah swt berfirman:
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
��4⃣. MENEGUHKAN.
Yaitu memohon agar Allah mengokohkan keputusan jalan hidup kita sesuai dengan firman Allah swt.:
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al Anfal : 63)
��5⃣. MENIKMATI
Caranya dengan menjadikan diri kita terus konsisten dengan 4 hal yang sudah kita lakukan sebelumnya.
Jika kita berhasil, maka kita bisa meraih kembali sumber kenikmatan dan kebahagian hidup kita.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat:30)
Siapkah Kita Berhijrah?
Siapkah Kita Untuk Berbahagia?
Mari sama-sama kita raih janji Allah swt:
“….dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
Wallahu A'lam.
������������������
��Dipersembahkan oleh grup WA - MANIS - MAJELIS IMAN ISLAM ��
- Twitter: @GrupMANIS
- Blog: www.grupmanis.blogspot.com
�� Pendaftaran: Klik http://goo.gl/forms/Dx2XkQ0Jtb
�� Sebarkan! Raih pahala...
Post a Comment