Jadi, Apa yang diperoleh Jakmania pada Final Piala Presiden kemarin?


Turnamen Piala Presiden telah berakhir, dan menempatkan Persib sebagai Juaranya tahun ini; diantara kelesuan industri sepakbola nasional setelah Kemenpora membekukan PSSI dan akhirnya berbuah sanksi FIFA; Diluar itu semua, harus diakui Piala presiden dianggap turnamen yang berhasil menjadi pemuas dahaga para insan bola tanah air yang memang telah merindukan kehadiran pertandingan pertandingan tim tim sepakbola daerah.

Piala presiden yang sangat berbeda nasibnya dengan piala kemerdekaan yang di operatorkan oleh tim transisi bentukan Kemenpora; hingga kini piala kemerdekaan masih menyisahkan beban tanggungjawab disana sini berupa utang hadiah juara piala kemerdekaan serta match fee yang sampai detik ini belum dibayarkan.

Piala Presiden yang akhirnya menjadi perebutan klaim antara Keberhasilan Pemerintah ataukah keberhasilan PSSI.

Sebenarnya ada yang menarik, ketika perhelatan final yang dilaksanakan di Jakarta kemarin yang melibatkan hampir 30 ribu aparat keamanan dari Polri dan TNI, adalah fenomena Jakmania penguasa Jakarta

Apa yang didapat oleh Jakmania dari perhelatan final Piala Presiden kemarin? selain sebagai pengisi berita berita biang rusuh dan pelaku perusakan semata

Apakah hanya sekedar euforia sebagai suporter ‘garis keras; yang merasa terhina harga dirinya karena kandangnya dipakai oleh musuh bebuyutannya Persib sebagai tempat pengukuhan juara turnamen?

Ataukah ancaman pencabutan KJP bagi para ABG dan anak anak dibawah umur yang tidak tahu dirinya dimanfaatkan oleh sejumlah pihak

Yang didapat Jakmania tak lebih klaim negatif sebuah suporter ibukota negara yang dikatakan biang rusuh, mudah marah, tukang bikin rusak, lalu apa Prestasi nya? menjadi tuan rumah yang baik dan sportif saja tidak mampu ditunjukkan kecuali besarnya ego harga diri atasnama garis keras

Jakmania lupa, dia berdiri ditanah siapa? ini jakarta dimana mengaji, berbuat baik dan belajar silat menjadi acuan bagi para pemuda betawi nya

Tidak ada yang namanya generasinya macan kemayoran yang dikenal anti penjajah adalah tukang bikin rusuh dan tukang bikin kerusakan.

Macan kemayoran adalah pemuda yang senang mengaji, berbuat baik dan belajar silat untuk menjaga kehormatan tanah kelahirannya dari penjajah

Menerima tamu dari sesama bangsa setanah air adalah sebuah kebaikan dan sebuah kehormatan, merusak itu semua berarti merusak kehormatan diri sendiri bagi para pemuda macan kemayoran.

Jadi masih pantaskah Jakmania menyebut diri sebagai macan kemayoran; jagoan betawi yang sangat bertolak belakang sifatnya dengan ruh dan jiwa jakmania saat ini

Macan Kemayoran tidak pernah berjiwa pengecut ketika berhadapan dengan lawan hanya bisa lempar batu dan lari, pun ketika tertangkap hanya bisa nangis sesungukan

Jadi begitukah cara Jakmania menunjukkan harga dirinya? tak lebih lempar batu lalu lari ketika tertangkap hanya bisa nangis sesungukan; lalu dimanakah jiwa macan kemayorannya

No comments

Powered by Blogger.