Indonesia akan Impor Beras dari Thailand dan Vietnam


Pemerintah Indonesia menjajaki kerjasama impor beras dari Vietnam dan Thailand untuk memenuhi kebutuhan nasional. Sayangnya, jumlah beras yang akan diimpor bakal kurang dari target karena didahului permintaan impor oleh China dan Filipina.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, musim kekeringan panjang atau El Nino tahun ini terasa sangat berat, mulai dari temperatur dan sebagainya. Bahkan menurut Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dia bilang, intensitas kekeringan tahun ini lebih tinggi dibanding periode 1997-1998.

“Tapi mereka (BMKG) masih optimistis akan datang hujan pada Desember 2015 tapi dengan lambat. Dan Januari ini mudah-mudahan bisa mulai bertanam. Itu pandangan dari ahli iklim,” terang dia saat Raker RKA K/L di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/10/2015).

Dijelaskannya, pemerintah sudah mengecek stok beras di gudang Perum Bulog dan hasilnya hanya ada 1,7 juta ton beras. Dari stok tersebut, sekira 900 ribu ton beras premium atau stok komersial. Sedangkan stok beras medium yang dikonsumsi kebanyakan masyarakat hanya tersedia dalam jumlah sedikit.

“Padahal kita harus mendistribusikan beras untuk rakyat sejahtera (rastra) ke-13 dan 14. Lagipula musim panen sudah habis, kita harus menunggu Maret tahun depan. Tapi apa kita mesti bertarung dengan nasib rakyat banyak. Kita sadar tidak boleh melukai hati rakyat,” terangnya.

Diakui Darmin, pemerintah Indonesia sudah berkoordinasi dengan Vietnam dan Thailand untuk mengekspor berasnya. Hanya saja, langkah pemerintah ini didahului China dan Filipina yang sama-sama meminta impor beras dari kedua negara tersebut.

“Kita memang sudah bicara dengan Vietnam dan Thailand, tapi kita harus akui sudah terlambat karena didahului China dan Filiphina sehingga yang bisa kita komit jauh di bawah harapan,” ujar dia.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini mengatakan, Vietnam dan Thailand berjanji akan mengirimkan beras sesuai waktu yang diminta pemerintah. Pemerintah menjadwalkan impor beras dari kedua negara itu datang paling lambat Desember dan November paling Cepat karena Oktober masih masa panen.

“Belum masuk kontrak, tapi mereka bisa datangkan tergantung kita mintanya kapan. Setelah diminta, mereka butuh waktu sebulan lagi untuk mengirimnya,” ucapnya.

Impor beras dinilai perlu, mengingat harga beras di pasar naik 10 persen dalam dua bulan terakhirDarmin mengatakan, kondisi ini menunjukkan stok beras sedang menyusut.

“Itu tidak bisa dibohongin. Tapi kalau ternyata kita tidak perlu impor beras, ya kita tidak akan datangkan. Kita juga bisa menjualnya dan yakin beras itu akan laku dan tidak rugi,” tandas Darmin.



No comments

Powered by Blogger.