Di Jawa Barat, PHK Tembus 29 Ribu Orang
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat Hening Widiatmoko mengatakan, jumlah tenaga kerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sejak awal tahun 2015 sudah mencapai 29.666 orang.
“Itu data terakhir sampai 16 Oktober 2015,” kata dia seperti dilansir dari media Tempo, Jumat, 16 Oktober 2015.
Jumlah pekerja yang mengalami PHK itu berasal dari delapan daerah di Jawa Barat. Jumlah PHK terbesar berasal dari Kabupaten Bogor yang mencatatkan 21.500 pekerjanya. PHK di Kabupaten Bogor itu tercatat dilakukan oleh lima perusahaan. Mayoritas penyebabnya akibat perusahaan tutup, dan satu diantaranya akibat kebakaran.
Sisanya Kabupaten Bekasi mencatatkan PHK pada 2.428 orang (10 perusahaan), Majalengka 2.078 orang (1 perusahaan), Kabupaten Sukabumi 1.200 orang (5 perusahaan), Karawang 980 orang (2 perusahaan), Subang 932 orang (2 perusahaan), Cimahi 495 orang (4 perusahaan), lalu Depok 53 orang (5 perusahaan).
Penyebab PHK beragam. Mulai dari perusahaan tutup, pailit, relokasi, kebakaran serta eifisensi. Tercatat 10 perusahaan diantaranya tutup di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Karawang, Majalengka, serta Sukabumi.
Hening mengatakan, sengaja mengumpulkan data PHK tersebut untuk mengetahui imbas pelambatan perekonomian yang terjadi saat ini. Dari penelusurannya, pemicu perusahaan tutup misalnya tidak seluruhnya akibat pelambatan ekonomi. “Ada yang diakbatkan masalah keuangan, juga akibat kompetisi,” kata dia.
Dia mencontohkan, di Majalengka, daerah baru yang menjadi incaran karena upah buruhnya kompetitif ironisnya ada perusahaan yang tutup. “Ternyata alasannya karena tidak bisa berkompetisi, dan punya masalah keuangan di internalnya,” kata Hening.
Hening mengklaim, kendati banyak perusahaan tutup, sejumlah daerah di Jawa Barat masih menarik bagi investor kendati bergerak di sektor usaha padat karya. “Daerah yang menarik itu karena dekat dengan infrastruktur jalan tol seperti Cianjur, Majalengka, Garut, dan yang baru ini karena dibukanya jalan tol Cipali itu Kabupaten Cirebon,” kata dia.
Dia beralasan, daerah yang disebutkannya itu menarik karena upah pekerjanya masih di bawah Rp 2 juta. “Daerah-daerah itu dapat berkah dari relokasi perusahaan. Dari Bogor misalnya, perusahaannya tutup karena pindah mencari disparitas upah yang menguntungkan, serta akses infrastrukturnya bagus seperti Majalengka dan Garut,” kata Hening
Post a Comment