Qur'an & Tafsir Surat Al-Fatihah (Bagian 2)


👤 by Ustadz Ahmad Sahal, Lc

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7) 

Tema sentral surat Al-Fatihah adalah:

تَحْقِيْقُ العُبُودِيَّةِ للهِ وَحْدَهُ

Realisasi penghambaan hanya kepada Allah semata.
Karena ia adalah tujuan agung dan utama penciptaan manusia dan jin, maka amat sesuai jika surat teragung di dalam Al-Quran memiliki tema sentral ini.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu (Adz-Dzariyat: 56)
Sub Tema
Dari tema sentral tersebut, surat Al-Fatihah dapat kita bagi menjadi tiga sub tema:

1- مَعْرِفَةُ اللهِ تَعَالَى الْمَعْبُودِ الْحَقِّ
2- طَرِيْقُ الْعِبَادَةِ الصَّحِيْحَةِ
3- بَيَانُ السَّالِكِيْنَ فِي طَرِيْقِ العِبَادَةِ الصَّحِيْحَةِ وَ الْمُنْحَرِفِينَ عَنْهُ

1. Pengenalan terhadap Allah ta’ala al-ma’bud (yang berhak diibadahi) dengan sebenarnya
2. Jalan ibadah yang benar
3. Penjelasan tentang salikin (orang-orang yang menempuh) jalan ibadah yang benar dan munharifin (orang-orang yang menyimpang) darinya. 

Sub Tema 1: Pengenalan terhadap Allah Al-Ma’bud Al-Haq
Untuk merealisasikan penghambaan yang benar kepada Allah subhanahu wata’ala, maka yang pertama diperlukan adalah mengenal Allah, satu-satunya Dzat yang berhak diberikan segala bentuk ibadah. Ayat 1 sampai ayat 4 mengajak kita untuk mengenal-Nya.

Ayat 1
Aku atau kami memulai segala sesuatu yang baik dengan nama Allah ta’ala, satu-satunya yang berhak diibadahi, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 
Sayid Quthb berkata:

والبدء باسم الله هو الأدب الذي أوحى الله لنبيه- صلى الله عليه وسلم- في أول ما نزل من القرآن باتفاق، وهو قوله تعالى: «اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ ... » .. وهو الذي يتفق مع قاعدة التصور الإسلامي الكبرى من أن الله «هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباطِنُ» .. فهو- سبحانه- الموجود الحق الذي يستمد منه كلُّ موجود وجودَه، ويبدأ منه كل مبدوء بدأه. فباسمه إذن يكون كل ابتداء. وباسمه إذن تكون كل حركة وكل اتجاه.

Memulai dengan nama Allah adalah adab yang diwahyukan Allah kepada NabiNya – shallallahu ‘alaihi wasallam – di awal turunnya Al-Quran yang disepakati oleh para ulama yakni firman Allah: “Bacalah dengan nama Rabb-mu …” Dan ia sesuai dengan kaidah pemahaman keislaman yang agung bahwa sesungguhnya Allah “Dialah yang Awal, yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin..” Dialah subhanahu wa ta’ala yang wujud dengan keberadaan yang haq dimana semua yang wujud bersumber dariNya. DariNya pula semua yang dimulai berawal, sehingga dengan namaNyalah hendaknya semua permulaan itu dilakukan, dan dengan namaNya pula hendaknya setiap gerakan dan orientasi (yang baik) diwujudkan. (Fi Zhilal Al-Quran, 1/21).

Ayat 2
Al-hamdu (segala puji) merupakan pembuka ungkapan syukur kepada Allah, oleh karenanya pantas ia dijadikan pembuka tilawah kitabNya. Al-hamdu juga penutup ungkapan syukur, sehingga ia juga menjadi penutup ucapan para penduduk surga:

وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil ´aalamin" (Yunus: 10)
Saat Allah menegaskan bahwa segala puji hanya milikNya, Ia menjelaskan alasannya yakni karena Dia adalah Rabb alam semesta, artinya bahwa hanya Allah saja yang memiliki, menciptakan, mengatur, memberi ni’mat kepada mereka dan yang sempurna kekayaanNya sedangkan seluruh alam semesta amat terrgantung kepadaNya.

Ayat 3
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Setelah Allah memperkenalkan diriNya bahwa ia adalah Rabbul ‘alamin, Ia memperkenalkan juga bahwa Ia adalah Ar-Rahman Ar-Rahim untuk menjelaskan bahwa kekuasaanNya atas seluruh alam semesta, penciptaan, pengaturan dan pemberian rizkiNya didasari semata oleh kasih sayangNya kepada mereka, bukan karena Dia menghendaki manfaat dari mereka untuk diriNya. Mahasuci Allah dari segala sifat kekurangan.

Oleh karenanya Dia berfirman di ayat yang lain:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Adz-Dzariyat: 56-58).
Selain itu, Al-Qurthubi berkata:

وَصَفَ نَفْسَهُ تَعَالَى بَعْدَ" رَبِّ الْعالَمِينَ"، بِأَنَّهُ "الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ"، لِأَنَّهُ لَمَّا كَانَ فِي اتِّصَافِهِ بـِ" رَبِّ الْعالَمِينَ" تَرْهِيبٌ قَرَنَهُ بِـ" الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ"، لِمَا تَضَمَّنَ مِنَ التَّرْغِيبِ، لِيَجْمَعَ فِي صِفَاتِهِ بَيْنَ الرَّهْبَةِ مِنْهُ، وَالرَّغْبَةِ إِلَيْهِ، فَيَكُونُ أَعْوَنَ عَلَى طَاعَتِهِ وَأَمْنَعَ، كَمَا قَالَ:" نَبِّئْ عِبادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذابِي هُوَ الْعَذابُ الْأَلِيمُ". 

Allah menerangkan tentang diriNya setelah “Rabbul ‘alamin” bahwa sesungguhnya Dia adalah Ar-Rahman Ar-Rahim, karena pada sifatNya sebagai Rabbul alamin terdapat tarhib (penanaman rasa gentar), maka Dia menyandingkan dengan sifat Rahman & Rahim yang mengandung targhib (penumbuhan rasa harap), agar bergabung dalam sifat-sifatNya rasa gentar hamba terhadapNya dan rasa harap kepadaNya sekaligus, sehingga akan lebih membantu ketaatan kepadaNya dan lebih mencegah dari bermaksiat kepadaNya, seperti firmanNya:

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50). (Tafsir Al-Qurthubi, 1/139).

Ayat 4
Pemilik (Raja) hari pembalasan 
Jika sifat Rabbul ‘Alamin secara lahiriah menunjukkan permulaan penciptaan makhluk dan proses pemeliharaan mereka, maka sifat “Pemilik (Raja) hari pembalasan” menunjukkan akhir seluruh makhluk dan pengadilan dan pembalasan atas amal perbuatan mereka. Disamping itu ia menunjukkan kekuasaan dan kepemilikanNya yang tak terbatas oleh tempat dan waktu, bahwa Dia adalah satu-satunya Penguasa dan Pemilik di awal dan akhir, di alam dunia dan akhirat, tak ada sekutu bagiNya.

Ayat ini juga untuk menegaskan bahwa kasih sayangNya kepada hambaNya jangan sampai membuat lupa mereka tentang mentalitas masuliyyah (bertanggung jawab) atas segala pilihan keyakinan & perbuatan mereka di dunia. Juga untuk mengingatkan mereka bahwa jika perbuatan mereka tidak dibalas dengan semestinya di dunia karena kezaliman atau ketidakadilan manusia yang berkuasa, masih ada keadilan hakiki di akhirat kelak yang tak ada satupun yang luput darinya.

... وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا (47) وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا (48) وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)

dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun." (Al-Kahfi: 47-49).

Sub Tema 2: Jalan ibadah yang benar

Barangsiapa yang mengenal Allah dengan sifat-sifat seperti dijelaskan oleh ayat 1 sampai ayat 4, maka akal sehat dan kejernihan hatinya pasti akan mengantarkannya kepada satu kesimpulan yang pasti bahwa hanya Dialah yang berhak untuk diibadahi (tauhid & ikhlas). Namun untuk memastikan bahwa kita beribadah dengan benar kita memerlukan petunjuk dari Allah tentang jalan ibadah itu sendiri berupa tata cara dan contoh yang diberikan oleh mereka yang sebelumnya telah mendapat petunjuk itu.

Bersambung …

🎁 Dipersembahkan oleh group WA - MANIS (Majelis Iman Islam) 

🍃 Twitter : @groupMANIS

No comments

Powered by Blogger.