Kedudukan As Sunnah An Nabawiyah Dalam Islam (pengantar - bag. 2)


📝Ust. Farid Nu'man Hasan, SS

Kemarin kita sudah bahas definisi As Sunnah, selanjutnya kita bahas dalil-dalil kenapa kita menggunakan As Sunnah.

📖 Dalil-Dalil Kehujjahan As Sunnah

Berikut ini adalah dalil-dalil kenapa umat Islam menjadikan As Sunnah sebagai salah satu marja’  (referensi) pokok bersama Al Quran.

1⃣ Dari Al Qur’an:

👉 Ayat 1:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa (4): 59) 

Dikeluarkan oleh Abdullah bin Humaid, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim, dari ‘Atha, bahwa ayat ‘Taatlah kepada Allah dan Rasul’ adalah mengikuti Al Kitab dan As Sunnah. (Imam Asy Syaukany, Fathul Qadir, 2/166. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Athi’uur rasul artinya khudzuu bisunnatihi (ambillah sunahnya). (Imam Ibnu Katsir, Jilid 1, hal. 518. Darul Kutub Al Mishriyah)

👉 Ayat kedua:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An Nisa (4): 65)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menerangkan:

يُقْسِمُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ الْكَرِيمَةِ الْمُقَدَّسَةِ: أَنَّهُ لَا يُؤْمِنُ أَحَدٌ حَتَّى يُحَكم الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَمِيعِ الْأُمُورِ، فَمَا حَكَمَ بِهِ فَهُوَ الْحَقُّ الَّذِي يَجِبُ الِانْقِيَادُ لَهُ بَاطِنًا وَظَاهِرًا؛ وَلِهَذَا قَالَ: {ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} أَيْ: إِذَا حَكَّمُوكَ يُطِيعُونَكَ فِي بَوَاطِنِهِمْ فَلَا يَجِدُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا حَكَمْتَ بِهِ، وَيَنْقَادُونَ لَهُ فِي الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ فَيُسَلِّمُونَ لِذَلِكَ تَسْلِيمًا كُلِّيًّا مِنْ غَيْرِ مُمَانِعَةٍ وَلَا مُدَافِعَةٍ وَلَا مُنَازِعَةٍ، كَمَا وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ".
Allah ﷻ bersumpah dengan diriNya yang mulia dan suci, bahwasanya tidaklah seseorang itu beriman sampai dia berhukum kepada Rasulullah ﷺ disemua urusan, maka apa-apa yang diputuskannya adalah kebenaran yang wajib ditaati baik  bathin dan zhahir. Oleh karena itu firmanNya (“kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”) yaitu jika mereka berhukum kepadamu (Muhammad) dan mentaatimu dalam bathin mereka dan mereka tidak ada kesempitan hati pada keputusanmu, dan tidak ada kontradiksi antara bathin dan zhahir mereka, maka mereka menerima secara total tanpa ada penolakan, perlawanan, dan perdebatan, sebagaimana terdapat dalam hadits: “Demi yang jiwaku ada di tanganNya, tidaklah seseorang di antara kamu beriman sampai dia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang aku bawa.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/349)

👉 Ayat ketiga:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ 
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah...” (QS. An Nisa (4): 80)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengomentari;

يخبر تعالى عن عبده ورسوله محمد صلى الله عليه وسلم بأنه من أطاعه فقد أطاع الله، ومن عصاه فقد عصى الله،وما ذاك إلا لأنه ما ينطق عن الهوى، إن هو إلا وحي يوحى.

 Allah Ta’ala mengabarkan tentang hamba dan RasulNya, bahwa barangsiapa yang taat kepadanya, maka itu termasuk taat juga kepada Allah, barangsiapa yang bermaksiat kepadanya maka itu termasuk bermaksiat kepada Allah, dan tidaklah hal itu melainkan bahwa apa yang dikatakannya bukan berasal dari hawa nafsunya, melainkan wahyu kepadanya. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1. hal. 528) 

Dan masih banyak ayat lainnya.

Wallahu A'lam 

Bersambung ... Insya Allah dalil-dalil As Sunnah sendiri.

🔶🔷🔶🔷

Farid Nu'man Hasan

---
🌼Dipersembahkan oleh grup WA - MANIS - MAJELIS IMAN ISLAM 🌼

Twitter: @GrupMANIS
Blog: www.grupmanis.blogspot.com

💼 Sebarkan! Raih pahala..

No comments

Powered by Blogger.