Akhlaq Terhadap Istri Tercinta
illustrasi |
Materi : Keluarga Islami
��03 Dzulhijjah 1436 / 17 September 2015
��03 Dzulhijjah 1436 / 17 September 2015
��Ustadzah Indra Asih
Islam Agama Akhlak
“بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ”
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(H.R. Al-Hakim).
(H.R. Al-Hakim).
Sedemikian besar Islam memperhatikan perealisasian akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Islam tidak hanya menjelaskan hal ini secara global, namun juga menerangkannya secara terperinci.
Islam menjelaskan secara rinci bagaimana akhlak seorang muslim kepada Rabb-nya, keluarganya, tetangganya, bahkan kepada hewan dan tetumbuhan sekalipun.
Hal yang tidak terlepas dari pembahasan adalah penjelasan tentang barometer akhlak mulia.
Kapankah seseorang itu berhak dinilai memiliki akhlak mulia?
Qudwah kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
“خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي”
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.”
(H.R. Tirmudzi).
(H.R. Tirmudzi).
Beberapa contoh kemuliaan akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap keluarganya.
Sebagai teladan umat, amatlah wajar jika praktik keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bergaul dengan keluarganya kita pelajari. Dan tentu saja lautan kemuliaan akhlak beliau terhadap keluarganya tidak bisa dikupas dalam tulisan sederhana ini.
Oleh karena itu, di sini kita hanya akan menyampaikan beberapa contoh saja.
1. Turut membantu urusan pekerjaan istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ikut turun tangan membantu pekerjaan para istrinya.
عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”
Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (H.R. Ibnu Hibban).
Subhanallah!
Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat berdakwah, menjaga stabilitas keamanan negara, berjihad, mengurusi ekonomi umat dan lain-lain, beliau masih bisa menyempatkan diri mengerjakan hal-hal yang mungkin dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini!
Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat berdakwah, menjaga stabilitas keamanan negara, berjihad, mengurusi ekonomi umat dan lain-lain, beliau masih bisa menyempatkan diri mengerjakan hal-hal yang mungkin dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini!
Andaikan saja para suami-suami itu mau mempraktekkan hal-hal tersebut, insyaAllah keharmonisan rumah tangga mereka akan langgeng.
2. Berpenampilan prima di hadapan istri dan keluarga
Berikut Aisyah, salah satu istri Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam menyampaikan pengamatannya;
“أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ بَدَأَ بِالسِّوَاكِ”
“Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam jika masuk ke rumahnya, hal yang pertama kali beliau lakukan adalah bersiwak.” (H.R. Muslim).
Bersiwak ketika pertama kali masuk rumah??!
Suatu hal yang mungkin tidak pernah terbetik di benak banyak suami. Tetapi, begitulah cara Nabi kita shallallahu ‘alahi wa sallam menjaga penampilannya di hadapan istri dan putra beliau.
Suatu hal yang mungkin tidak pernah terbetik di benak banyak suami. Tetapi, begitulah cara Nabi kita shallallahu ‘alahi wa sallam menjaga penampilannya di hadapan istri dan putra beliau.
Ini hanya salah satunya lho! Dan beginilah salah satu potret kemuliaan akhlak Rasulullah kepada keluarganya.
3. Tidak bosan untuk terus menasehati istri dan keluarga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
“أَلاَ وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا”
“Ingatlah, hendaknya kalian berwasiat yang baik kepada para istri.” (H.R. Tirmidzi).
Timbulnya riak-riak dalam kehidupan rumah tangga merupakan suatu hal yang lumrah. Namun, jika hal itu sampai mengotori keharmonisan jalinan kasih sayang antara suami dan istri, atau bahkan menghancurkan bahtera pernikahan, tentulah sangat berbahaya. Agar mimpi buruk itu tidaklah terjadi, seyogyanya ditumbuhkan budaya saling memahami dan kebiasaan saling menasehati antara suami dan istri.
Oleh karenanya, benih-benih kesalahan yang ada dalam pasangan suami-istri hendaknya tidaklah didiamkan begitu saja hanya karena dalih menjaga keharmonisan rumah tangga. Justru sebaliknya, kesalahan-kesalahan itu harus segera diluruskan.
Dan tentunya hal itu harus dilakukan dengan cara yang elegan:
tutur kata yang lembut, raut muka yang manis dan metode yang tidak menyakiti hati pasangannya.
tutur kata yang lembut, raut muka yang manis dan metode yang tidak menyakiti hati pasangannya.
��Dipersembahkan oleh grup WA - MANIS - MAJELIS IMAN ISLAM ��
Twitter: @GrupMANIS
Blog: www.grupmanis.blogspot.com
Blog: www.grupmanis.blogspot.com
�� Sebarkan! Raih pahala..
Post a Comment