Nurcholis Madjid dan PKS, 'Islam Yes, Partai Islam Yes'
Cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid, saat kampanye untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 30 Maret 2004. [TEMPO/ Arie Basuki; Digital Image; 20040330]
Harian Republika, 3 Oktober 2006, menurunkan sebuah berita berjudul: ‘Hidayat: Cak Nur Akhirnya, ‘Partai Islam Yes’.
Disebutkan dalam berita itu, Ketua MPR, Hidayat Nurwahid mengungkapkan, pemikiran mendiang cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid yang kerap disapa Cak Nur, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia mencontohkan jargon Cak Nur yang begitu terkenal, yaitu ‘Islam Yes Partai Islam No, di era Orde Baru’. “Namun, pada akhirnya, Cak Nur menyatakan ‘Islam Yes, Partai Islam Yes’ juga,” tutur Hidayat.
Masih menurut Hidayat Nurwahid, seperti diberitakan Republika, perubahan itu diketahuinya, ketika pada 2004 Nurcholish Madjid meminta dukungan PKS untuk menjadi Presiden RI. Menurut Nurcholish, ucapannya ‘Islam Yes Partai Islam No’ adalah bersifat kondisional. Ketika itu, kondisi Indonesia tak memungkinkan Islam berkembang melalui jalur politik. Islam dicurigai dan diintimidasi. Untuk menyiasati kondisi yang tak menguntungkan ini, maka harus dicari formula di luar partai politik. Menurut Nurcholish, kini kondisinya sudah berubah, Partai Islam memungkinkan untuk berkembang.
Pada pemilu 2004, Nurcholish Madjid ikut hadir dan memberi sambutan pada Kampanye Akbar PKS yang digelar di GBK dengan jumlah massa kampanye yang terbesar. (Tahun 2005-2007, Muhammad Sohibul Iman menjadi rektor Universitas Paramadina yang didirikan Nurcholish Madjid).
Majalah GATRA mendokumentasikan dengan judul:
Tokoh Nasional Hadiri Kampanye PKS
Sejumlah tokoh nasional, seperti Nurcholis Madjid, mantan Kapolda Nugroho Jayusman, Setiawan Djody, Habib Idrus Jamalullail, dan Rhoma Irama tampak menghadiri kampanye terakhir Partai Keadilan sejahtera (PKS) di Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa.
Massa PKS yang diperkirakan mencapai 100.000 tampak memenuhi Gelora Bung Karno. Baik di tribun bawah maupun tribun atas puluhan ribu lainnya yang tidak bisa masuk ke Gelora tersebut tampak berkumpul di sekitar gelanggang olah raga itu.
Gelora Bung Karno tampak putih. Namun di tengah lapangan tampak kosong dan hanya diisi oleh panggung serta baliho raksasa lambang PKS, yakni sepasang bulan sabit simetris yang ditengahnya ada pemisah berupa padi dan kapas.
Di sekitar lapangan bola tampak sekitar 7500 Kepanduan PKS yang memakai pakaian coklat membuat pagar betis.
Sepanjang acara massa tampak mengibar-ngibarkan bendera dan lambang partai PKS seiringan alunan lagu nasyid. Kibaran bendera dilakukan secara antusias pada setiap teriakan presenter Pepeng yang mengajak mengucapkan yel-yel "PKS-nya satu, pendukungnya banyak" atau pada teriakan takbir "Allahu akbar" dikala memandu acara.
Suasana tambah meriah saat Rhoma Orama melantunkan lagu Darah Muda dan lagu yang bersyair "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin" bersama Agus Edwar, personil Snada.
Rhoma dalam sambutannya yang mengajak umat Islam bersatu dan tidak bercerai berai, menjalin persahabatan dan persaudaraan serta memilih partai dan pemimpin yang Islami.
Sementara itu, Setiawan Djody membaca puisi dan menyayikan lagu Bongkar bersama Sawung Jabo personil Kantata Takwa.
Nurcholis Madjid, Nugroho Jayusman, dan Habib Idrus juga diminta menyampaikan sambutan yang menyatakan dukungan dan apresiasinya atas perjuangan PKS. [Tma, Ant]
Post a Comment