REPUBLIK DRAMA
Dialektika "Drama" lebih melekat kuat pada sebutan "Drama Korea". Padahal serupa dengan "Sineatron" (Indonesia) ataupun "Telenovela" (Amerika Latin).
Mengapa begitu disukai oleh kebanyakan orang Indonesia, karena mereka sangat menghibur, memberikan ekspresi atas esmosi jiwa dari suatu peristiwa maupun tokoh-tokohnya. Tidak jarang sampai menangis bombay, ada pula yang sampai meluapkan kemarahan, atau mungkin mengekspresikan dengan kebahagiaan, seolah sebuah cerita menjadi bagian dari dirinya. Sudah begitu, para penontonnya pun tidak jarang yang membicarakan, mempergunjingkan dengan penonton (penggemar drama) lainnya.
Di masa itu, tidak jarang pula suasana emosional semakin diaduk-aduk oleh tulisan di media tentang tayangan episod tertentu.
Sebegitunya larut ke dalam suasana cerita, hingga mereka seolah menjadi lupa, SEMUANYA HANYALAH BOHONG-BOHONGAN.
Tetapi memang begitulah yang disebut seni pertunjukan berupa drama dan teater. Mereka mampu mengaduk-aduk emosi penontonnya, bahkan membuatnya menjadi ketagihan, bahkan nyaris menjadi sakaw. SUATU PERTUNJUKAN KEBOHONGAN YANG SANGAT MENGHIBUR.
Bisa dibayangkan, jika seni pertunjukan kebohongan tersebut kemudian menggunakan sarana (panggung) berupa alat kekuasaan yang seluruhnya dibiayai oleh uang pajak. Jadilah REPUBLIK DRAMA.
(Leo Kusuma)
Post a Comment