Pengungsi Rohingya Pilih Malaysia Daripada Indonesia

Sebagian besar dari 582 pengungsi muslim Rohingya yang terdampar di Aceh Utara, mengaku tidak berniat tinggal di Indonesia. Tujuan mereka yang utama adalah Malaysia demi mencari pekerjaan.

Mendengar permintaan itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengklaim siap memfasilitasi para imigran ilegal tersebut. Dalam waktu dekat, pengungsi yang siap berangkat akan diantar ke perairan Selat Malaka. Tapi militer membantah membantu muslim Rohingya menyelundup ke Negeri Jiran.

"Kami akan sediakan bahan bakar dan mengantar mereka keluar perairan Indonesia. Kami tidak akan memaksa mereka pergi ke Malaysia atau Australia, itu sudah bukan urusan kami," kata Jubir TNI Manahan Simorangkir seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (12/5).

TNI menyatakan di kapal yang nanti akan diberangkatkan, pemerintah RI sudah memberi bantuan obat-obatan, makanan, serta air bersih. Manahan menjelaskan ratusan pengungsi Rohingya sejak awal tidak berniat ke Indonesia.

"Mereka (ke perairan Aceh) karena butuh bantuan. Mereka tidak ingin ke Indonesia, mereka ingin ke Malaysia," tandasnya.

Sejak Minggu (10/5), ratusan pengungsi Rohingya memasuki perairan Seunedon, Aceh Utara, secara ilegal. Mereka terdampar setelah kapal yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar.

Setidaknya 50 orang kini dirawat pemerintah Negeri Serambi Makkah, lantaran mengalami kelaparan akut. Ratusan lainnya ditampung di Stadion Lhoksukon, Ibu Kota Aceh Utara. Ada 51 anak-anak dalam rombongan yang terlunta ini.

Berdasarkan data Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), pelarian rohingya ini diselundupkan calo imigran dengan perahu. Mereka berdesak-desakan dalam dua perahu.

Oleh para calo, mereka dijanjikan mendapat pekerjaan. "Mereka mengira sudah sampai di Malaysia. Tapi ternyata di Indonesia. Mereka ditinggalkan oleh para penyelundup," kata Jubir IOM Steve Hamilton.

Salah seorang pengungsi bernama Rashid Ahmed mengaku meninggalkan Myanmar sejak tiga bulan lalu bersama putranya.

"Kami tidak punya makanan. Kami hanya bisa berdoa," kata dia.

IOM memperkirakan sekitar 25 ribu muslim Rohingya diselundupkan keluar Myanmar dengan kapal tanpa dokumen memadai sejak Januari hingga Maret 2015.

Etnis Rohingya, yang dibantai di Myanmar pada 2012 lalu, kini terlunta-lunta. Tidak ada bangsa Asia Tenggara maupun Asia Selatan bersedia menerima mereka sebagai warga negara. (ajm, merdeka)

No comments

Powered by Blogger.