Menyiapkan Keluarga untuk Menyambut Ramadhan
Oleh Cahyadi Takariawan
Dalam hitungan hari, umat Islam di seluruh dunia akan bertemu dengan momentum yang selalu ditunggu kehadirannya, yaitu Ramadhan. Mumpung masih ada beberapa hari, sudah selayaknya semua keluarga muslim menyiapkan diri dan semua anggota keluarga untuk menyambut kehadiran bulan mulia Ramadhan. Penyiapan ini dimaksudkan agar semua aggota keluarga bisa memasuki Ramadhan dengan khusyu’ dan penuh kesiapan untuk mengoptimalkannya.
Memahamkan Keluarga tentang Penentuan Awal Ramadhan
Hal yang selalu menjadi pertanyaan bagi umat Islam di seluruh dunia adalah, kapan masuknya bukan Ramadhan? Di Indonesia, hal ini tidak akan pernah selesai ditanyakan masyarakat, mengingat dua ormas Islam terbesar di Indonesia memiliki dasar penetapan yang berbeda. Belum lagi komunitas Islam lain yang juga memiliki keyakinan metode tersendiri, berbeda dengan NU dan Muhammadiyah.
Ormas NU dikenal konsisten menggunakan metoda ru’yatul hilal bil fi’li, yaitu menetapkan masuknya bulan hijriyah menggunakan sistem ru’yah atau melihat rembulan secara langsung. Sedangkan ormas Muhammadiyah dikenal konsisten menggunakan metoda hisab hakiki wujudul hilal, yaitu menggunakan penghitungan ilmu falaq dengan dasar wujudnya hilal secara ilmu pengetahuan. Bukan dengan melihat hilal secara langsung. Berapapun derajatnya, selama hilal sudah wujud, maka hitungan bulan sudah masuk. Kedua metode ini kerap menghasilkan keputusan yang tidak sama dalam penetapan awal Ramadhan dan Iedul Fithri.
Namun insyaallah penetapan awal Ramadhan 1436 H untuk dua ormas Islam terbesar di Indonesia ini akan bersamaan. NU dengan metoda ru’yatul hilal bil fi’li dan Muhammadiyah dengan metoda hisab hakiki wujudul hilal bisa mencapai titik persamaan penetapan awal Ramadhan tahun ini, berdasarkan data berikut.
1. Data Awal Ramadhan 1436 H
Ijtimak akhir bulan Sya'ban: Selasa, 16 Juni 2015 M jam 21.05 WIB
Tinggi hilal malam Rabu : -2,32 derajat
Tinggi hilal malam Kamis : 10,15 derajat
Tanggal 1 Ramadhan : Kamis, 18 Juni 2015 M
2. Hari Raya Idul Fitri / 1 Syawal 1436 H
Ijtimak akhir Ramadhan : Kamis,16 Juli 2015 M jam 08.21 WIB
Tinggi hilal malam Jumat : 3,62 derajat
Tanggal 1 Syawwal : Jumat, 17 Juli 2015 M
Berdasarkan hasil perhitungan untuk awal Ramadhan 1436 H tersebut, tinggi hilal pada Selasa malam tanggal 16 Juni (atau malam Rabu) adalah -2,32 derajat, artinya pada saat matahari terbenam, hilal berada di bawah ufuk. Hilal belum wujud dan pasti tidak akan bisa dirukyat atau dilihat secara kasat mata maupun dengan alat. Walaupun cuaca cerah, tidak mendung, tetap tidak mungkin bisa terlihat. Bahkan apabila ada kesaksian seseorang yang menyatakan melihat hilal pada 16 Juni, maka kesaksian itu tertolak secara ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, untuk tahun ini bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. Hari Rabu 17 Juni 2015 adalah 30 Sya’ban 1436 H. Baru pada Rabu malam tanggal 17 Juni (atau malam Kamis), tinggi hilal mencapai 10,15 derajat, artinya hilal sudah wujud dan sudah melebihi batas minimal 2 derajat untuk bisa dirukyat. Kedua metode penetapan, yang digunakan oleh NU dan Muhammadiyah, sudah terpenuhi dan mencapai titik persamaan. Awal Ramadhan 1436 H adalah hari Kamis, 18 Juni 2015 M.
Demikian pula untuk penentuan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 H, berdasarkan hasil perhitungan di atas, tinggi hilal pada Kamis malam tanggal malam 16 Juli 2015 (atau malam Jumat) adalah 3,62 derajat, artinya hilal sudah wujud dan bisa dirukyat karena telah melebihi batas minimal 2 derajat. Maka Hari Raya Idul Fitri 1436 H jatuh pada hari Jumat, 17 Juli 2015 M. Puasa Ramadhan tahun ini adalah 29 hari.
Masih ada peluang perbedaan Iedul Fitri apabila hilal gagal dilihat tim ru’yah pada tanggal 16 Juli 2015. Hilal tidak tampak disebabkan oleh faktor cuaca mendung, sehingga di seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang dapat melihat. Apabila tim ru’yah di seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang bisa melihat hilal pada tanggal 16 Juli 2015, maka Ramadhan digenapkan 30 hari. Artinya, hari Jumat 17 Juli 2015 adalah tanggal 30 Ramadhan 1436.
Namun peluang perbedaan ini sangat kecil, karena secara umum pada bulan Juli cuaca di Indonesia memasuki muslim kemarau. Kalaupun ada yang mendung di suatu wilayah, akan ada wilayah lain yang cerah dan bisa melihat hilal. Di luar metode yang digunakan oleh NU dan Muhammadiyah ini, masih ada beberapa komunitas Islam lain di Indonesia yang mungkin saja berbeda awal Ramadhan atau Iedul Fitrinya.
Terhadap perbedaan pendapat dalam metode penentuan awal Ramadahan maupun Iedul Fitri ini, sesungguhnya merupakan satu bagian saja dari berbagai bentuk perbedaan yang sudah dikenal di kalangan umat Islam sejak zaman terdahulu dalam persoalan ijtihadiyah atau khilafiyah pada bidang fikih. Hendaknya kita semua bisa bersikap proporsional dengan menyediakan ruang toleransi dalam menghadapi aneka jenis perbedaan pendapat dalam wilayah ijtihadiyah seperti ini.
Menyiapkan Mental Spiritual Keluarga
Kita bisa mentradisikan sebuah pertemuan semua anggota keluarga untuk merancang kegiatan dan target Ramadhan. Suami, istri dan anak-anak berkumpul dalam suasana santai namun khusyu’ untuk menyambut Ramadhan. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam pertemuan itu adalah sebuah tausiyah atau nasihat agar semua anggota keluarga bisa memasuki Ramadhan dan menjalankan berbagai ibadah di dalamnya dengan sebaik-baiknya.
Jangan sampai Ramadhan berlalu dan mengalir begitu saja, tanpa ada upaya untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan untuk kebaikan diri dan keluarga. Hendaknya masing-masing anggota keluarga memiliki target selama Ramadhan, yang dijadikan sebagai “Janji Ramadhan”, seperti :
a. Berapa kali mengkhatamkan membaca Al Qur’an
b. Surat apa saja yang akan dihafalkan
c. Berapa hadits yang akan dihafalkan
d. Berapa buku Keislaman yang akan dibaca
e. Berapa kali melaksanakan shalat tarawih bersama keluarga di rumah
f. Berapa kali melaksanakan shalat tarawih bersama masyarakat di masjid
g. Kegiatan Ramadhan apa saja yang akan diikuti baik di masjid, sekolah, kantor ataupun di tempat lainnya
h. Kegiatan Ramadhan apa saja yang akan dilaksanakan di dalam rumah, seperti mengundang tetangga untuk buka puasa bersama, pengajian, atau tadarus bersama
i. Dan lain sebagainya.
Dengan target yang dijadikan sebagai kesepakatan dalam keluarga itu, akan membuat semua keluarga sudah bersiap mental dan spiritual sebelum memasuki Ramadhan. Untuk anak-anak yang masih kecil bisa jadi memerlukan stimulus tertentu untuk melaksanakan berbagai amal di bulan Ramadhan. Hal ini untuk memberikan semangat kepada anak-anak dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan selama Ramadhan.
Sumber: Kompasiana
Post a Comment