Investor Bertanya-tanya ke Mana 'Jokowi Effect'? | Lah, Percaya Jokowi?

Jakarta - Kinerja pasar saham Indonesia tumbuh minus (anjlok -red) 1,6% hingga penutupan perdagangan kemarin. Dana asing pun mengalir keluar dari lantai bursa. Ke mana kah 'Jokowi Effect'?

Jokowi Effect adalah euforia yang didorong oleh terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden Republik Indonesia (RI) tahun lalu. Waktu itu pasar saham merespons dengan melonjak tinggi dan rupiah pun menguat.

Sejak Jokowi terpilih jadi presiden, investor asing pun ramai-ramai taruh dana di pasar modal dalam negeri. Saham-saham unggulan pun beranjak naik berkat aksi beli investor asing.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan saat ini Efek Jokowi itu mulai pudar. Pasalnya, investor berharap banyak kepada Jokowi untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari presiden sebelumnya.

"Selama 10 tahun terakhir banyak hal yang belum bisa diselesaikan pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Kemarin masyarakat memilih Jokowi berharap ekonominya akan jauh lebih baik, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, Jokowi diminta untuk bisa membereskan hal-hal yang belum bisa dilakukan SBY," ujarnya kepada detikFinance, Selasa (5/5/2015).

Namun yang terjadi saat ini adalah rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), neraca perdagangan defisit, harga kebutuhan pokok melonjak, sehingga ujung-ujungnya daya beli masyarakat turun.

"Ini yang diharapkan investor bisa diselesaikan Jokowi. Sebagian pelaku pasar menginginkan solusi cepat dari Jokowi, berharap pertumbuhan ekonomi bisa 5,8% seperti yang ditargetkan," ujarnya.

Demikian diberitakan detikcom.

***

Mungkin investor pada kaget, mungkin pendukung Jokowi melongo dengan realita saat ini, namun pemilih Prabowo tidak kaget karena sudah tahu akan seperti apa negeri ini dipimpin Jokowi. Dan ini membuktikan pemilih Prabowo adalah mereka yang milih karena pakai otak, pakai nalar, tak mau ditipu dengan pencitraan palsu dan penuh rekayasa oleh media.

Masih ingat, berita-berita bombastis ini?

Makanya, kalau milih itu mikir... mikir... Kalau mau sedikit berfikir saja pasti tak akan keliru dan tak akan salah pilih. Logikanya, ngurus Jakarta saja terbukti tidak becus apalagi ngurus Indonesia?

No comments

Powered by Blogger.