PRESIDEN YANG TERTUKAR
Ikrar Nusa Bhakti marah kepada Megawati, karena menganggap Ketum PDIP itu telah menghina simbol negara. Semuanya bermula pada Kongres PDIP yang lalu, Megawati tak sekalipun menyebut Jokowi dengan Bapak Presiden, Saudara Presiden atau Presiden Republik Indonesia.
Ikrar berpendapat, tak seharusnya Megawati bersikap seperti itu. Sebab, bagaimana pun juga kenyataannya Jokowi sekarang adalah presiden. Megawati harus sadar itu.
Nah, di sinilah masalahnya. Ok, Megawati salah! Memang harusnya Megawati tidak boleh begitu. Namun, kenapa para pengamat semisal Profesor Ikrar ini hanya melulu menyalahkan Megawati. Kenapa tidak mengarahkan ktitikan kepada Jokowi juga.
Megawati dari awal memang tidak beritikad baik ketika mencalonkan Jokowi sebagai presiden. Megawati telah menegaskan bahwa Jokowi tak lebih hanyalah petugas partai. Namun, ketika itu para pendukung Jokowi tidak sadar itu atau pura-pura tidak tahu, karena sudah terlanjur cinta mati pada Jokowi.
Sampai sekarang pun perihal petugas partai ini terus diulang oleh Megawati dan Puan Maharani. Makanya, jangankan kepada Megawati, lha kepada Puan saja, yang notabene adalah menterinya, pun Jokowi tak berkutik!
Baiklah, apapun itu semunya telah terjadi. Nasib Indonesia harus mempunyai presiden yang tertukar seperti ini. Hanya saja, kalau Jokowi memang merasa Presiden Indonesia yang sebenarnya, didukung oleh rakyat, bukan partai politik, saatnya kini menunjukkan kebenaran itu. Jangan mau dong dilecehkan sedemikian oleh Megawati!
Kalau melawan tirani Megawati, Luhut Panjaitan, Hendro Piyono dan Partai Politik saja Jokowi tidak berani, usah lagi bicara bagaimana beliau bisa berani menghadapi cengkraman asing dan aseng yang selalu berupaya mencabik-cabik Indonesia!
(Abrar Rifai)
Post a Comment