Ledakan Besar di Sana'a, Gedung KBRI di Yaman Terbakar
Smoke rises during a previous air strike on an army weapons depot on a mountain overlooking Yemen’s capital, Sana’a. Photograph: Khaled Abdullah/Reuters |
Sebuah serangan udara yang dilakukan koalisi Arab dilaporkan menyasar wilayah perbukitan di Sana'a, tepatnya di wilayah gunung Faj Attan, di dekat distrik Hadda. Lokasi ini merupakan lokasi istana kepresidenan Yaman dan banyak kedutaan besar asing yang beralamat di wilayah itu.
Serangan udara menarget sebuah basis penyimpanan senjata/misil milik Houthi di sekitar situ. Terjadi ledakan sangat besar dan setelahnya asap tebal pekat langsung membumbung tinggi bagai bentuk cendawan.
Ledakan besar ini diduga adalah efek susulan akibat meledaknya rudal Scud milik Houthi yang "diparkir" di tempat penyimpanan tersebut. Saksi mata menyebut jika ledakan ini merupakan ledakan terbesar yang terjadi sejak operasi serangan udara pimpinan Saudi diluncurkan.
Akibatnya, gedung KBRI di sana ikut terkena imbas ledakan besar dan dilaporkan sekitar 90% bagian bangunannya mengalami kerusakan. 3 orang WNI yang berada di KBRI terluka, sedangkan terdapat puluhan korban jiwa atau terluka berasal dari warga sekitar (jumlah belum dapat dipastikan).
Menlu Indonesia, Retno Marsudi, menyatakan jika KBRI sebenarnya bukanlah target serangan, namun hanya terkena efek sekunder saja dari ledakan dahsyat itu. Aktivitas KBRI di Sana'a dihentikan dan para staf akan dipindah ke kota Hudaeda.
“Kita bukan target, tapi terkena imbasan,” ujar Retno di sela-sela agenda KAA di Jakarta seperti dimuat oleh CNN Indonesia.
Selain mengecam, Indonesia juga akan melayangkan protes terhadap siapapun yang bertanggung jawab atas kejadian itu. Dan menyerukan bahwa tindakan militer bukanlah opsi yang tepat untuk menyelesaikan masalah karena dapat menimbulkan korban yang tidak seharusnya.
Sementara rudal Scud sendiri adalah rudal balistik sisa perang dingin buatan Uni Soviet. Rudal ini telah digunakan oleh militer berbagai negara termasuk Yaman. Pemberontak Syi'ah Houthi diketahui berhasil menguasai rudal ini atas bantuan dari pihak militer loyalis Abdullah Saleh.
Rudal balistik jarak pendek ini memiliki daya jangkau mencapai 300 km dan menjadi ancaman tersendiri bagi wilayah Arab Saudi. Basis-basis rudal Scud telah menjadi sasaran serangan udara sejak operasi "Decisive Storm" diluncurkan. (Reuters/CNN Indonesia/rslh)
Post a Comment