Kenapa Bicarakan Negatif Terus JOKOWI?
Oleh Gene Netto*
(dari status fb Gene Netto, Kamis 16/4/2015)
Kenapa Bicarakan Berita Negatif Terus di Facebook?
[Komentar]: Gene Netto, saya kok bosan yaa membaca berita2 yg anda share, apa tdk ada hal lain yg lbh baik yg bisa anda kutip? Mengapa anda tdk menggunakan media ini utk menentramkan hati atau menyebarkan ajaran Islam atau memberikan pembelajaran yg lbh baik?
[Gene/Penulis]: Assalamu’alaikum wr.wb. Ibu tahu kapal Titanic? Di dalamnya, orang makan, minum, bersenang2, main dgn anak, menari, mendengarkan musik dan seterusnya. Intinya, MEREKA BAHAGIA. Lalu kapal mereka hantam gunung es, dan mereka semua mati, kecuali sedikit yang selamat. Apa hubungannya?
Ibu sekarang berada di kapal Titanic. Negara ini mengarah ke kehancuran. Kok saya bisa tahu? Saya punya latar belakang membuat analisis cepat dan akurat. Saya kerja 4 tahun sebagai penasehat politik di sini. Setiap minggu, diminta pendapat saya ttg kondisi aktual negara, dan juga politik dalam dan luar negeri. Dari menganalisa berita saja, dan sedikit “info dalam” saya bisa berikan pendapat ttg apa yang kira2 akan terjadi. Dan 90% dari perkiraan saya terbukti benar. Saya berikan perkiraan hasil suara dalam pemilu dan pilkada, dan berkali2 hasil analisis saya terbukti benar. Saya juga punya pengalaman 20 tahun melakukan analisis strategis di bidang bisnis dan marketing, dgn hasil serupa. Sering diakui bahwa ide, program dan struktur baru yang saya usulkan sangat tepat dan berkualitas, walaupun akhirnya banyak orang tidak mau berubah dan tidak ikuti saran saya.
Jadi, insya Allah kemampuan menganalisa adalah salah satu skil saya. Saya pantau berita, diskusi dgn orang, dapat info dari banyak pihak, dan melihat banyak benang merah dari berbagai sumber yang semuanya mengarah pada tujuan tertentu (dlm kasus ini: kehancuran negara). Bisa terjadi secara alamiah, dan bisa juga didorong oleh suatu pihak, agar terjadi dgn sengaja, utk alasan politik dan bisnis. Jadi, saya melihat teman2 orang Indonesia berada di Titanic skg. Ada tiga kemungkinan. Bisa selamat (semoga terjadi). Bisa selamat tapi dlm kondisi negara setengah rusak dan tidak nyaman lagi (seperti bbrp negara Afrika). Dan bisa hancur total, mirip Iraq atau Suriah sekarang.
Jadi saya sedang berusaha membuat orang SADAR. Soalnya makin banyak orang yang sadar, makin aman kita dari kehancuran, karena kita bisa bersatu untuk melawannya. Tapi kl Ibu berada di Titanic, sedang bersenang2 dan saya suruh ibu waspada dan siapkan rompi penyelamat, apakah ibu mau dengarkan saya, tanpa paham ada bahaya? Tentu saja tidak mau, dan hasilnya adalah kapal tenggelam dan ibu berserta semua teman akan hadapi kehancuran. Saya tidak mau melihat Indonesia dan umat Islam tenggelam. Jadi saya sedang berusaha membangun kesadaran.
Kalau ibu tidak suka pembahasan saya, silahkan ikut page Mario Teguh atau Yusuf Mansur dll. Di situ ibu akan aman dari berita buruk. Di situ dibuat senang. Dan gunung es tidak akan dibahas. Dan kl terjadi Indonesia tabrak gunung es dan sudah mulai tenggelam, di page spt itu Ibu akan diajarkan untuk sabar, tenang dan siap hadapi “nasib” (yaitu negara sedang tenggelam).
Saya mau selamatkan umat Islam dan bangsa Indonesia sebelum tenggelam, bukan membuat pembaca bahagia. Ada maksud dan tujuan dari semua tulisan saya di sini. Tapi saya tahu tidak semua orang akan siap menerimanya. Silahkan ibu pilih sendiri. Mau bahagia saja, atau mau bergabung untuk selamatkan negara ini sebelum tenggelam. Semoga bisa dipahami dan mohon maaf kl banyak dari tulisan saya membuat ibu tidak bahagia. Tidak ada cara lain utk membuat orang sadar bahwa ada bahaya nyata di depan kita (yang belum sepenuhnya terlihat).
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
__
Profil: Saya (Gene Netto) lahir di Selandia Baru (New Zealand) dan keluarga pindah ke Australia setelah saya lulus SMA. Kuliah di Universitas Griffith, Brisbane, dapat gelar BA dari Fakultas Kajian Asia (mirip FISIP), mengambil spesialisasi terhadap Indonesia. Belajar tentang bahasa dan sastra Indonesia, ilmu politik, hubungan internasional, sejarah, ekonomi, dan bisnis yang berkaitan dengan Indonesia, Australia dan Asia. Masuk Fakultas Pendidikan pada tahun 1994, menjadi Guru Bahasa Asing (untuk bahasa Indonesia dan Inggris) dan Guru Sejarah juga. Setelah lulus dapat beasiswa untuk kuliah di UI pada tahun 1995. Menetap di Jakarta dari tahun 1995 sampai sekarang dan masuk Islam tahun 1996.
Post a Comment